Chereads / Proses Delete / Chapter 4 - Apa Kata Dunia?

Chapter 4 - Apa Kata Dunia?

Tiba-tiba ia tiada di tempat semula. Asap yang membumbung tinggi berangsur menghilang tertiup angin. Mereka semua yang berada di lokasi batu ajaib itu bertanya-tanya kemana perginya sang putra mahkota? hilang sama sekali tak ada tanda, ia dan pedangnya tak bersisa. Raja August-17 terlihat bermuram durja dan diliputi penyesalan tak terkira dikarenakan ia tak punya banyak informasi mengenai batu ajaib itu. Kekuatan apa yang ia timbulkan dan membawa pergi kemana Putranya itu?.

Ketakutannya benar-benar terjadi, sang pangeran telah pergi tak tahu bisa kembali atau tidak. Semua berusaha mencari dan mengorek informasi sampai dapat tentang seluk beluk batu ajaib itu beserta sisi positif dan negatifnya. Kerajaan gempar seketika dan mengerahkan segala kekuatan adidayanya untuk mencari sang putra tercinta mulai dari pelosok hingga penjuru kerajaan Proksia.

*****

Langit yang cerah tampak di mata setiap manusia berbanding terbalik dengan keadaan dibumi, beberapa negara ini yang dipenuhi genjatan senjata, erangan dan teriakan para korban berjatuhan setiap saat setiap waktu, deru tembakan di semua arah, bom-bom besar yang berjatuhan tak ada ampun menghujam tanah-tanah tak berdosa, Bangunan yang telah hancur itu pun makin luluh lantah tak bersisa menebar ketakutan yang berkepanjangan tak berujung dimana.

Muncul dari tengah langit sebuah black hole besar dikelilingi dengan asap tebal, seorang pria terjatuh dan keluar dari black hole tersebut, dia ... pangeran Bara yang bertransmisi menembus lorong waktu. Dia pergi ke zaman 2021 meninggalkan zaman kuno dimana ia hidup selama ini. Sayangnya ia muncul dan terjatuh ditempat yang tidak tepat, di tengah medan peperangan, sehingga tanpa sengaja dirinya terkena berondongan peluru peperangan yang tengah terjadi.

"Duarr ... duarr ... duarr!!!"

"UGH!!!" Baru saja dia mendarat dan tidak tahu apa-apa, tiga peluru sudah menembus tubuh dan lengannya, karena ia tak siap, ia langsung tersungkur bersamaan dengan lenyapnya black hole yang membawanya sebagai mesin waktu menuju masa depan. Petugas medis laki-laki yang berada tidak jauh darinya segera sigap mendekati tubuh Bara dan segera membopongnya bersama dua rekannya untuk mengamankan korban itu lalu dibawa ke base camp pengobatan dimana para perawat dan dokter yang tersisa melakukan semaksimal mungkin untuk para korban perang.

"Dia tertembak dan tersungkur," lapor dari salah satu perawat yang membawanya tadi.

Suster Neira dan suster Naya segera menangani lelaki itu, namun ada yang aneh dengan satu korban ini. Kedua suster itu berpandangan mengernyitkan keningnya. Keduanya seakan memiliki pertanyaan yang sama, orang ini darimana dengan pakaian seperti ini? Kalau memang sedang syuting rasanya sangat mustahil, pedang yang masih kuat dalam genggaman juga menyimpan seribu tanya, tapi keduanya hanya bertanya-tanya dalam hati saja karena saking panik dan sibuknya harus segera menangani pasien yang lain juga. Mereka lepas pakaian tebal bertumpuk itu untuk mencoba mengambil peluru-peluru yang bersarang di lengan dan dada atasnya.

"Dok, mumpung orangnya pingsan segera kita ambil pelurunya dok," ucap suster Neira.

Dua suster dan satu dokter menangani pangeran Bara dengan cepat dan segera memberi perban untuk lukanya. Ia ditinggalkan karena harus merawat yang lainnya lagi.

Suster Neira masih memendam tanya dalam bathinnya, orang dari negara manakah itu? Karena dari fisik dan kulitnya sangat berbeda dengan orang-orang di negaranya.

tak lama pangeran Bara tiba-tiba siuman dan terbatuk-batuk berusaha membuka matanya. Suster Neira segera bergegas kesana mengantarkan obat untuk diminumnya.

"Dimana aku? Siapa kamu? Augh!! kenapa aku?!" Pangeran Bara keheranan dan memegang lukanya dan merasa kesakitan di

beberapa bagian tubunhya.

"Minumlah obat ini dulu, justru aku yang tanya, dengan pakain begini kamu darimana? Wajahmu juga bukan rakyat negara ini?" tukas Neira sambil duduk memberikan ia obat.

"Aku dari kerajaan Proksia. Aku terakhir memecah batu dan benar saja, aku menembus lorong waktu." Penjalasan Bara terdengar agak menggelitik suster Neira.

"Istirahatlah, agar obat itu bekerja maksimal," perintah suster Neira.

"Katakan aku kenapa? Dan aku terseret pada tahun berapa?" teriak pangeran Bara. keheranan dengan tampilan orang-orang yang ada di sekitarnya yang sangat berbeda dengan dirinya. Terutama pakaiannya.

"Aneh, kamu hanya tertembak, kepalamu tidak apa-apa saya rasa. sekarang tahun 2021. Kamu di negara Zendiovia sekarang." Suster Neira segera berlalu dari pria itu.

"Kenapa banyak orang yang terluka parah? Dan berjatuhan tersiksa begini? Dimana Rajamu? Apa tidak bisa berbuat apa-apa?" tambahnya makin keheranan.

"Sekarang tidak ada Raja, yang ada Presiden. Sekarang sedang ada perang dunia ke III, sudah jutaan orang orang yang meninggal dunia, sudahlah itu semua tak penting, sepertinya kamu sedikit tidak nyambung ya?" cerocos suster Neira.

Pangeran Bara bangkit dari baringnya, dia duduk lalu bertapa. Angin seketika datang sedikit mengguncang base camp medis itu, banyak barang-barang terbang dan semua orang segera berpegangan, begitu juga suster Neira panik dan makin bertanya-tanya melihat pria aneh itu.

"Dukun kah dia? Tapi darimana asalnya"

"AUGHHH!!!" erangnya, sepertinya ia tidak bisa maksimal melakukan meditasi dan proses penyembuhan diri sendiri karena kekuatan Bara adalah di tangannya, sedang kedua lenganny tertembak.

Jadi ia harus menunggu sembuh, sedikit demi sedikit ia bisa memulihkan diri sendiri meskipun tidak bisa maksimal, setidaknya berkurang.

Dia berjalan dan mendekat kepada suster Neira. sedangkan suster Neira menangani korban lain yang terluka juga.

"Kasian sekali keadaan negerimu, sayang sekali aku tak bisa apa-apa, kalau aku bisa kembali ke negeriku akan aku minta bala bantuan kerajaan untuk menyelesaikan semua ini." Pangeran Bara berusaha menyentuh luka korban sambil berkomat kamit mantra, suster Neira membiarkannya saja dan melihat dengan pandangan tak percaya.

Korban luka yang tadinya mengerang berteriak dengan kencang karena kesakitan. berangsur memelankan suaranya. Seakan sakitnya berkurang oleh sentuhannya. Siapa dia?! bathinnya sambil tak melepaskan pandangannya sama sekali.

"Biarkan aku membantumu semampuku, meskipun tak banyak. Esok aku mungkin sedikit pulih, aku bisa coba mengirim angin untuk mencoba melawan mereka." Ucapan Bara terdengar sangat konyol dan tak masuk logika, namun ia menatap nyata! satu persatu korban yang di datanginya dan disentuhnya berangsur memelankan suaranya dan tampak wajah mereka sedikit tenang.

"Siapa kamu? bagaimana bisa kamu mengurangi rasa sakit mereka?" tanya suster Neira. Pangeran Bara mengatakan berulang kali bahwa dirinya adalah Pangeran yang memang memiliki banyak kekuatan dan kelebihan yang luar biasa.

Suster Neira berterima kasih atas apa yang ia lakukan itu, meskipun tak masuk akal, tapi ia lihat sendiri itu terjadi. Suster Neira mengajak pria itu menuju ke pintu keluar base camp.

Ia menunjukkan kepada Bara diluar sangat mencekam, apalagi suasana malam begini makin terlihat kilatan-kilatan bom dan tembakan yang meletup-letup berwarna kemerahan. Ketika ia ditanya dimana keluarganya? Suster Neira mengatakan semua telah meninggal karena peperangan, dia dan kebanyakan semua yang disini adalah sebatang kara.