Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 19 - Bagian ke Sembilan Belas

Chapter 19 - Bagian ke Sembilan Belas

Aku dan Ayumi melakukan percobaan membuat obat sesuai dengan buku resep tapi selalu gagal, sampai akhirnya aku teringat minuman khas tradisional Indonesia dari rempah-rempah yang sama dengan resep obat yang ku baca. Minuman khas jawa barat bandrek.

"Kamu sedang membuat apa ?" tanya Ayumi heran.

"Minuman obat !" jawabku, Amora dan Silvia tertarik dan memperhatikanku yang sedang memasak membuat bandrek.

"Sudah jadi, kalian cicipi ya ?" kataku, aku meletakan 3 gelas bandrek di hadapan mereka. Semua mencium aromanya dan ekspresinya aneh, aku pun menjelaskan rempah yang kugunakan. Akhirnya mereka mencicipinya dan tertegun.

"Enak, hangat sedikit pedas dan manis !" ujar mereka.

"Ramuan ini memang menghangatkan, bila flu atau kembung bisa sembuh !" jawabku sambil tersenyum.

"Yes, kita gunakan ini saja !" ucap Ayumi senang.

Amora dan Silvia juga punya tugas sama tapi berbeda mereka harus mencari tanaman tapi dengan bahasa latin yang diberikan, ketika ku baca ada yang aku tahu benda apa itu. Sebagai balas jasa karena telah mencoba minumanku dan memujinya, aku memberitahu setengah dari nama latin tanaman itu. Mereka berterima kasih.

Keesokan harinya ketika pelajaran bu Isabel, satu persatu mempraktekan cara mengolah rempah-rempah jadi apapun yang penting berguna atau menjadi obat. Kini giliran dua lelaki yang ternyata waktu lalu mengambil buku dari kami yaitu Hasan dan Yu jin mereka mempresentasikan untuk membuat kulit wajah mulus dan putih.

Tentu saja semua tertawa, harusnya itu untuk perempuan. Ibu guru pun tersenyum tapi tidak marah dan setelah selesai Hasan jadi malu wajahnya jadi putih mulus sangat kontras dengan tubuhnya yang tegap dan coklat, karena ia menjadi modelnya.

kini giliran kami, aku dan Ayumi maju ke depan. Rata-rata semua obat atau kegunaannya di tempel atau pengobatan luar tidak ada yang berupa makanan atau minuman.

"Apa yang kamu buat ?" tanya ibu Isabel tertarik, melihat aku dan Ayumi justru memasak tidak membuat ramuan, semua pun menatap heran.

"Kami membuat minuman sederhana, untuk meredakan sakit flu atau perut kembung! minuman ini hangat dan manis !" jelas Ayumi dan dia menjelaskan aku yang meramu dan memasak bahannya. Tak lama sudah jadi, aku tuang dalam gelas, ibu Isabel pun mencicipinya.

"Hmmm ... baru kali ini aku mencicipi ini, tapi enak rempah-rempahnya terasa! pedas, hangat dan manis! terima kasih !" ibu Isabel memberikan pendapat sambil tersenyum.

"Ada yang mau mencoba, silahkan !" tanya bu guru sambil menatap teman-temanku dan mereka akhirnya mencicipi termasuk Hasan dan Yu jin. Semua sependapat. Dan akhirnya kami mendapat nilai bagus di banding yang lainnya.

---------------

Semua menjadi perbincangan hangat dan mereka melirik ke arah kami. Tapi akhirnya hal itu justru membuatnya menjadi akrab dan berteman yang awalnya kaku. Waktu pun terus berlalu, berbagai pelajaran sudah kami terima termasuk menggunakan sapu terbang, yang ternyata menggunakan elemen angin. Ya tentu saja, tak ada namanya sapu ajaib tapi energi angin lah yang membuat sapu itu bisa terbang bahkan mengangkat tubuh kita. Aku dan lainnya baru setinggi tubuh kita untuk sapu itu bisa terbang atau lebih tepatnya melayang hanya itu, belum bisa di gerakan maju mundur, tapi ada juga yang sombong pada akhirnya terjatuh.

Akhir bulan pun tiba, kami diperbolehkan pulang tapi waktunya hanya 3 hari itu berlaku yang rumahnya dekat, termasuk aku. Aku pulang dahulu untuk mengambil beberapa barang yang terlupa. Aku menemui mrs Olivia untuk menanyakan jalan pulang, dan kebetulan ia hendak pulang dahulu juga jadi akhirnya pergi bersama.

Ternyata ada beberapa alternatif jalan, mrs Olivia memberitahu caranya agar aku bisa melakukannya sendiri. Bisa jalan lorong yang terdahulu atau yang lain.

"Mam, pah aku pulang !" ucapku di depan pintu, ternyata kedua orang tuaku ada dirumah.

"Ana kamu pulang ?" tanya mama terkejut dan aku menceritakan semua yang terjadi di sekolah tapi tidak seluruhnya hanya yang umum saja. Mereka senang dan bahagia.

Malamnya setelah makan kami bersantai, tapi tiba-tiba mama lari kebelakang, aku sempat heran.

"Pa, mama sakit ?" tanyaku heran, dia menggeleng.

"Ana, kamu ... pengen punya adik lagi kan ?" tanya papa tersenyum sambil mengedipkan mata, aku terkejut dan papa mengangguk.

"Dia sedang ngidam !" bisik papa, aku tersenyum bahagia dan memeluknya, ketika mama datang dia menatapku heran tapi ku peluk dan akhirnya tahu.

"Terima kasih, pah, mah !" ucapku karena keinginanku terkabul.

Tak terasa tiga hari aku di rumah dan aku pamitan kepada kedua orang tuaku. Dan aku kembali ke sekolah dengan jalan lain. Aku merasa ini lebih mudah dan itu berada di sebuah gang juga. Aku berdiri di ujung gang yang buntu dan melirik kanan dan kiri untuk melihat apa ada orang atau tidak, setelah itu aku menggambar dengan jariku sebuah tanda di dinding dan mundur selangkah tak lama dinding bergerak menyerupai pintu dan aku masuk setelah itu menutup kembali.

Aku langsung tiba di samping sekolah. Ah syukur lah telah tiba dan langsung menuju asrama. Aku di sambut teman-temanku, barang-barang itu adalah satu paket bumbu karena ada dapur di dalam, kalau laper bisa masak di asrama. Walau sebenarnya diberikan makan 3 kali pagi, siang di kantin dan malam, tapi ngemil tetap nomor satu.

Aku membuka kotak cucian dari kayu, secara ajaib bila baju kotor masuk ke sana keesokan harinya sudah rapi, bersih dan harum kembali. Beberapa waktu kemudian ada libur beberapa hari, aku dan teman-teman pergi ke kota sihir. Kami pun terkejut dan tak sabar untuk ke sana ada apa saja di kota Sihir.

Ternyata ada jalan khusus untuk ke sana, kami hanya mengikuti saja anak yang lain. Ternyata ada ruang lorong bawah tanah di sekolah yang terhubung dengan kota sihir. Ketika kami tiba di sana semua tertegun hampir sama dengan yang di film. Kota ini tidak besar tapi tidak kecil juga banyak bangunan tua dengan gaya khas eropa, ada jalan yang cukup lebar.

------------------

Berbagai macam barang di jual, termasuk tongkat sihir. Katanya untuk saat ini kami tidak diperbolehkan menggunakan itu nanti bila di tingkat dua, seperti anak SD yang baru pakai tongkat ketika SMP. Dan memang sebagian besar murid lain sudah membawa tongkat sihir karena sejak awal sudah belajar dan sekolah dahulu. Tapi banyak juga yang lain harus dilihat dan dibeli. Oh iya, kedua orang tuaku tak perlu membayar uang sekolah, tapi oma sudah menyimpan tabungan khusus untukku. Kesempatan ke kota itulah untuk mengambil tabunganku.

Dan ternyata sebagian besar kelompok luar rata-rata sama denganku, keturunan penyihir akan menyimpan uangnya di sini untuk anak cucunya nanti. Ketika masuk ke bank ada banyak orang dan bertanya ke pegawai bank yang ternyata orang cebol atau lebih tepatnya Goblin

"Ada yang bisa saya bantu ?" tanyanya hidungnya panjang dengan telinganya yang runcing. Aku menyebutkan untuk mengambil uang. Dia meminta data tabunganku.

Untunglah sebelum berangkat ke Inggris, oma memberi tahunya dan sudah ku tulis, aku tidak akan bertemu oma secara fisik seperti di Indonesia disini, karena jauh dan membutuhkan energi besar dan dia akan lebih cepat menghilang bila terlalu banyak menggunakannya.

Setelah itu aku dibawa ke ruangan khusus dan membuka kotak yang di dalamnya ada sebuah kunci, aku dibawa menggunakan kendaraan seperti kereta, masuk jauh ke sebuah gua dan ternyata itu gudang penyimpanan uang yang sangat banyak jumlah gudangnya mungkin milik orang lain.

Kami tiba di salah satunya dan salah seorang pegawai membuka kunci kemudian mempersilahkan aku masuk. Ada dua ruangan, satu untuk menyimpan uang yang jumlahnya sangat banyak, aku tidak tahu bagaimana oma mendapatkan itu dari mana. Kedua penyimpanan barang-barang dalam kotak, ketika ku buka satu persatu ada perhiasan, buku, kertas penting, foto, serta yang lainnya yang tak kubuka semua karena cukup banyak, ada kotak kecil dan ternyata itu tongkat sihir ! ada tulisan untuk Ana disana itu artinya aku tak perlu membeli tongkat sihir lagi.

Ada juga surat khusus untukku dari oma, aku simpan dan ku ambil sebuah kantong beludru yang sudah ada di tempat barang, ku ambil juga sebuah tas ransel. Selain itu mengambil koin uang yang bertumpuk banyak seperti gunung dan ku masukan ke kantung, ajaib sebanyak apapun aku mengisinya tak akan penuh kantong itu.

Aku memutuskan cukup mengambil uangnya, entah berapa banyak. Uang ini hanya berlaku di dunia sihir, bila ingin di tukar dengan uang dunia luar harus ke bank lagi. Aku kembali diantar oleh pegawai ke atas dan teman-teman sudah menunggu dan tiba saatnya untuk belanja.

Bersambung ....