Chereads / ANA AND SECRET BOOK ! / Chapter 14 - Bagian ke Empat belas

Chapter 14 - Bagian ke Empat belas

BELAJAR ELEMEN ALAM

Aku terus berlatih sihirku, kali ini dasar mengatur dan mengendalikan elemen alam. Dari angin, air, tanah dan api. Aku sendiri tidak tahu apa elemenku sebenarnya karena belum merasakannya. Suatu malam oma hadir kembali sepertinya ia tahu apa yang ku pikirkan.

"Oma aku bingung, sebenarnya elemen aku apa ya ?" tanyaku.

"Ana, apa yang kamu rasakan saat ini ?" Oma malah balik bertanya. Aku hanya menggeleng tidak tahu.

"Ana, element adalah kekuatan yang ada di jiwa kamu! seluruh tubuh manusia dikuasai oleh empat elemen alam! tinggal kamu merasakan apa yang paling kuat !" jawab Oma, aku terdiam tidak mengerti.

"Akan Oma beritahu, kamu sudah punya dua elemen sekaligus dalam dirimu dan itu sangat jarang terjadi bagi pemula sepertimu! rata-rata hanya satu, sedang yang lainnya bisa di pelajari kemudian! tidak dengan dirimu keduanya sudah menyatu dalam dirimu di tingkatan berbeda melebihi dasar !" jelasnya. Aku berfikir dan baru menyadarinya.

"Aku tahu Oma, sepertinya angin dan tanah !" aku menjawabnya.

"Kenapa kamu yakin seperti itu ?" tanya oma.

"Pertama aku pernah menepis bola dengan tangan tapi tidak menyentuhnya secara langsung hanya gerak refleks dan bola bergerak melenceng! yang kedua ditaman bunga di rumah Oma dan kebun Berri milik Dodi! aku bisa berbicara dengan tumbuhan !" jelasku, Oma tersenyum.

"Bagus, Ana !" ujar Oma.

"Memang boleh menguasai semua elemen ?" tanyaku.

"Bisa saja, tapi itu sangat jarang karena kekuatan setiap elemen ada tingkatannya dari dasar sampai tertinggi! belum lagi ada penyatuan kekuatan setiap elemen pun punya tingkatan juga, jadi jika kamu punya dua! jadi kamu harus mempelajari bagaimana penggabungan kedua elemen itu dan selanjutnya !" jelas Oma aku mengangguk.

"Berat sekali oma !" ucapku.

"Benarkah? buktinya setiap pelajaran sihir sudah kamu selesaikan dengan cepat serta melampauinya dan secara baik! itu menandakan kamu mempelajarinya secara menyenangkan tidak berat !" jawab Oma.

"Semua butuh kesabaran dan ketekunan !" lanjutnya.

"Iya Oma !" jawabku.

----------------------

Tanpa terasa, ujian akhir di depan mata. Itu artinya aku akan berpisah dengan teman-temanku. Ada perasaan sedih yang hinggap kembali dalam hatiku tapi aku menyadari. Bahwa aku ke Inggris bukan semata untuk pindah saja tapi juga untuk melatih ilmu sihirku. Aku justru tidak sabaran ingin tahu sekolah sihir yang akan ku masuki. Apa seperti dalam bayanganku di film ? mungkin ya atau tidak.

"Oma, sebentar lagi aku akan pindah ke Inggris, ceritain dong, sekolah sihir itu seperti apa !" rayuku kepada Oma tadi malam.

"Rahasia !" Oma tertawa.

"Ah, Oma !" jawabku cemberut.

"Sekolahnya seperti biasa tak ada aneh, Ana !" ujarnya sambil tersenyum misterius.

"Apa memakai seragam dan tongkat sihir ..." aku menggambarkan seperti di film-film, Oma malah tertawa.

"Tidak seperti itu, kan sekolah biasa tapi rahasia tidak boleh ada yang tahu Ana !" jawabnya.

"Jadi di tempat rahasia ?" tanyaku. Oma mengangguk.

"Kamu, akan menjadi satu-satunya dari Indonesia disana !" jawabnya.

"Oh, engga ada teman dong !" kataku.

"Ana, pasti ada ! disana sangat menyenangkan ! lagi pula, kamu menjadi penyihir karena ada darah dari Oma ! sihir di Indonesia berbeda dengan di barat sana Ana !" jelasnya.

Begitulah cerita Oma membuatku tambah semangat. Dan tak sabar rasanya untuk pergi Inggris. Suatu hari aku dan kedua temanku mengadakan 'party night girl' hanya kami bertiga para gadis menginap di rumah Dina. Kami menggunakan piyama dan memakan cemilan sambil menonton film yang kebetulan Herry Potter, entah yang keberapa kali menonton film ini tidak pernah bosen dari yang pertama hingga tamat.

"Ah menyenangkan ya bila punya sihir, apapun bisa dilakukan !" ujar Dina terlihat iri dengan sihir yang seperti menyenangkan dan mudah seperti di gambarkan di film.

"Aku juga akan pergi kemanapun dengan sapu terbang !" Rena pun ikut terpesona. Aku hanya tersenyum tapi dalam hati itu tidak semudah yang dilihat di dalam film, berat dan berisiko besar.

"Na, jadi lo pindah ke Inggris ?" tanya Dina, aku mengangguk.

"Jadi, papa sedang bersiap dengan membikin paspor buat gue! emang kenapa ?" jawabku.

"Gue, titip salam buat Herrry Potter !" ujarnya sambil tersenyum.

"Oke, gue akan sampaikan !" jawabku tertawa.

"Kita akan rindu lo Na !" ujar Rena.

"Gue akan terus kasih kabar kok! dan mungkin bila liburan gue akan balik kesini !" jawabku.

"Janji ya ?" Dina pun tak mau kalah, kami pun menautkan jari sebagai perjanjian.

----------

Seperti tahun lalu aku dan lainnya melakukan kerja kelompok untuk menghadapi ujian akhir kami, kali ini aku menjadi tuan rumahnya.

"Maaf, ini cemilannya !" kataku meletakan kue bolu dimeja, semua menatap tak berkedip kecuali Dodi.

"Lo ulang tahun Na ?" tanya Robi.

"Engga, eh sebentar lagi sih! tapi ini dibuat khusus sama gue, soalnya lo Rob kan harus ada cemilan ?" jawabku, Robi tersenyum.

"Nah lo !" Dina mengejek.

"Ya kan kalau pada ngumpul gini, engga asyik kali, kalo tak ada cemilan atau minuman !" jawab Robi ngeles.

"Udah, gue potong ya !" kataku dan memotongnya menjadi beberapa bagian yang aku letakan di piring kertas seperti kue ulang tahun, dan aku bagikan.

"Bagaimana enak, engga ?" tanyaku.

"Lo the best lah Na! ini enak banget, ada selai blueberri, strowberri sama blackberri! engga kalah sama yang ditoko kue !" puji Dina, semua mengangguk dan kemudian mengamininya.

"Kalian harus berterima kasih sama Dodi yang telah mengirimkan semua buah berri untuk dibuat kue dan jus !" kataku sambil melirik ke arah Dodi.

"Cie, udah jadian nih !" Robi menyenggol Dodi.

"Belum, karena sebentar lagi, Ana akan pergi !" jawab Dodi, aku dan semuanya terdiam.

"Ternyata lo takut LDR ya ?" tanya Robi sambil tertawa.

"Ya gitu deh !" jawab Dodi santai.

"Engga apa-apa kok Ana pergi, toh kita tetap saling berteman sampai kapan pun !" Ucap Wahyu, semua mengangguk. Aku akan merindukan semuanya.

Ujian pun tiba semua bersemangat untuk menghadapinya, termasuk diriku. Akhirnya ujian pun selesai aku dan teman-teman dapat bersantai, satu minggu sebelum pembagian rapot aku ulang tahun. Di tahun ini adalah yang paling spesial karena aku akan pindah ke Inggris. Dodi memberikan kado teddy bear yang pernah aku lihat ketika membeli kado buat Dina beberapa waktu lalu, aku berterima kasih kepadanya.

Pembagian rapot adalah moment perpisahanku dengan semuanya dari sekolah, guru, dan teman-teman. Banyak kenangan indah terhampar di sini dan tak akan aku lupakan...

---------------

"Ana ...!" Aku melirik ke arah mama yang memanggilku.

"Ya, ma !" jawabku.

"Ayo, kita masuk !" ajaknya, aku melirik ke arah teman-teman yang mengantar aku ke bandara dan satu persatu aku memeluknya.

"Na, jangan lupa kasih kabar ya ?" ucap Dina yang menghapus air mata, begitu pun yang lain. Aku mengangguk, kini aku berdiri di depan Dodi.

"Hati-hati di jalan ya ?" katanya, aku kembal mengangguk.

"Selamat tinggal teman-teman, gue janji akan terus berhubungan dengan kalian !" jawabku sambil mengusap air mata, Perlahan aku melangkah pergi dengan sedikit berat mengikuti kedua orang tuaku. Semua melambai kan tangannya, aku membalasnya.

Aku melihat ke jendela pesawat yang mulai berjalan meninggalkan teman-teman, Jakarta dan Indonesia ...

Bersambung ...