Alda semakin tertarik. Tapi dalam hati ia bersyukur Andin mau mempercayakannya sebagai pendengar yang baik. "Mama janji, Sayang. Mama tidak akan menceritakan hal ini pada papa."
Andin mengalihkan pandangannya ke arah rumah. "Dia adalah sahabat dan cinta pertamaku, Ma. Dia pria yang sangat baik, tampan dan penyayang. Kami berteman sejak aku SD dan saat itu dia sudah SMP. Usianya lebih tua tiga tahun dari aku. Dan aku mulai suka padanya saat aku berusia tiga belas tahun."
Andin tertawa, sedangkan Alda bisa melihat ada sakit yang terpendam di balik tawanya. Tapi ia tidak ingin meluapkan rasa penasarannya itu sebelum tahu cerita Andin sepenuhnya. Biarlah saat ini dia menjadi pendengar dan menyimak curhatan Andin saat ini, karena ia tahu wanita itu sedang membutuhkan seseorang untuk berbagi beban hatinya.