"Baiklah, sebaiknya kau hubungi dia sebelum dia tidur."
"Baik, Pi. Sampaikan salamku pada mami."
"Ya."
Tut! Tut!
Tommy memutuskan panggilan. Karena mengingat dia harus menghubungi Anna, ia kembali ke kamar sambil membawa sebotol air mineral. Namun saat dirinya melangkah menaiki tangga, getaran ponsel kembali bergetar.
Drttt... Drttt...
Dilihatnya nama Ferry sebagai pemanggil. Jika sebelum-sebelumnya Tommy menganggap panggilan itu biasa saja. Tapi sekarang, setelah mendengar penjelasan ayahnya soal siapa calon istri Ferry membuat jantung Tommy berdegup kencang melihat nama itu.
Tapi demi menghargai dan penasaran apa keperluan lelaki itu menghubunginya malam-malam begini, Tommy pun dengan gugup menyambungkan panggilan itu. "Halo, Om Ferr?"
"Halo, Tom. Maaf mengganggumu malam-malam. Om boleh tanya sesuatu?"
Jantung Tommy semakin berdetak cepat. Saking gugupnya ia berhenti di posisi anak tangga bagian tengah. "Boleh. Mau tanya apa, Om?"