Saking malu karena telah mengungkapkan perasaannya, Anna mendorong tubuh Tommy hingga tergeser. Ia kemudian lari keluar pintu dan pura-pura membereskan dapur.
Tommy tersenyum. Ia pun mengerti kenapa Anna seperti itu dan bersyukur karena, ia adalah lelaki pertama yang menjadi dambaan di hati Anna. Sambil membawa gelas bekas yang mereka minum tadi ke dapur Tommy terus tersenyum. Dilihatnya Anna sedang merapikan konpor dan panci yang tadi digunakan untuk masak air.
"Saking sibuk di kamar, kita lupa menghabiskan ini."
Perkataan Tommy membuat Anna terkejut. "Ya, ampun. Iya. Maafkan aku. Padahal kau sudah membuatkannya untukku." Anna mendekati Tommy dan meraih gelas itu, tapi Tommy tak mengijinkannya.
"Untuk apa?"
"Mau kuhabiskan, kalau tidak mubazir."
Tommy tersenyum. "Tidak usah. Ini sudah dingin. Lagi pula tadi kita tidak tahu berapa banyak lalat yang hinggap di gelas ini. Kalau kau meminumnya, nnti kau sakit perut."