Tommy menatap Anna. "Egois? Maksudmu?"
Anna mengendus. "Aku memang belum punya pengalaman dalam hubungan. Baik dalam berpacaran maupun rumah tangga. Tapi setelah apa yang menimpaku dan keluargaku, di sana aku jadi banyak tahu soal hubungan."
Tommy merasa tertarik. Ia menghadapkan tubuhnya dan menyimak perkataan Anna.
"Coba kau pikir, ibuku sudah memberikan ayah seorang anak perempuan yang sangat cantik seperti aku ...."
Tommy berdecak dan menahan tawa. Baru kali ini ia mendengar gadis yang sangat bangga memuji dirinya sendiri. Tapi secara visual ia mengakui bahwa Anna memang cantik. Bahkan kecantikannya melebihi dari Sherly dan Andin.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Anna. Nadanya sedikit meninggi.
"Tidak apa-apa. Maafkan aku kalau itu membuatmu tersinggung. Tapi kumohon, lanjutkan ceritamu itu."