Ferry memberikan senyum penuh cinta. "Aku bersyukur dia mengkhianatimu."
Wajah Alda mengerut. "Karena?"
"Karena kalau tidak, aku tidak akan bertemu denganmu."
Alda tertawa. Setelah tawa dan saling ejekkan satu sama lain selesai, ia kembali menceritakan masa lalu keluarganya.
"Begitu tiba di sini, mama melakukan apa saja yang penting bisa menghasilkan uang. Selain membuka usaha kue kecil-kecilan, beliau juga menerima jasa cuci baju dan aku ikut bagian menyetrika. Jadi kebutuhan kami terpenuhi. Namun saat Anna mulai masuk sekolah, mama mulai bosan pada kami berdua. Dia mengeluh karena lelah mengurus kami berdua." Alda menunduk sedih. "Dia bahkan pernah melontarkan kata-kata yang membuatku sadar diri. Katanya aku orang yang selalu menyusahkannya. Aku tahu saat itu beliau sedang emosi. Saking emosinya bahkan beliau sempat mengatakan bahwa diriku pembawa sial."
Ferry memelankan laju mobil dan meraih tubuh Alda agar menempel dengan tubuhnya.