Nia bertanya dalam hati, ia menatap wajah Kevin yang terlihat damai, tenang, tanpa ada candaan konyol atau tawa yang terlampau keras. Dia terlihat 2 kali lebih tampan jika tenang seperti ini.
Pipi Nia terasa terbakar, merah seperti kepiting rebus. Ia mengelus surai lembut Kevin. Menarik kedua sudut bibir sampai membentuk senyuman. "Pelet apa sih yang kamu pakek?"
Diam-diam Kevin tersenyum. Dia tidak tidur, hanya pura-pura demi mendapat kesempatan bersandar pada bahu Nia. Tertawa dalam hati karena rencananya berhasil. "Elus aku lagi dong~ aku suka kalo rambutku di elus~" pinta Kevin dalam hati. Dasar yah, dikasih hati minta jantung. Manusia memang selalu meminta lebih.
"Makasih Pak." Kevin mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet, memberikan pada supir yang duduk di depan. Mereka telah sampai di depan rumah Nia, tinggal meminta satpam membuka pintu.