Suara bisikan mengiringi langkah gadis berkulit sawo matang, mirip presiden atau ratu yang tiap langkahnya diiringi sorak sorai rakyat ketika mengunjungi pemukiman rakyat biasa. Sayangnya bukan sambutan meriah yang sedang didapatkan Mela, melainkan tatapan sinis dan cibiran yang tak henti diucapkan orang di sekitar, ketika Mela berjalan dari toilet wanita sampai kelas.
Urat di wajah gadis itu menonjol hingga wajahnya nampak menyeramkan diikuti dengan tangan yang mengepal erat. Mela ingin meninju semua orang yang menghinanya tapi itu semua hanya akan memperparah keadaan, mereka akan semakin menuduh dirinya.
Mela langsung mendudukkan tubuhnya di samping Sani yang sedang berbincang dengan orang di belakang. Ia menelungkupkan kepalanya di tangan yang terlipat di atas meja, menarik hembuskan napas berulang kali guna meredakan emosi yang membumbung tinggi.
Sani melirik temannya, membalikkan tubuh lalu menepuk punggung Mela. "Kamu kenapa? Ada masalah?"
