Ada yang percaya keajaiban cinta? Mari kuperlihatkan kepadamu.
Bau obat menyeruak, menusuk hidung pemuda yang berbaring di ranjang putih. Matanya menatap kosong langit-langit, memikirkan sesuatu. Ruangan yang beberapa saat lalu ramai karena perdebatan kini sepi sama seperti hatinya yang seperti rumah tak berpenghuni.
Perdebatan tadi membuatnya dalam posisi sulit. Ia yakin Nia marah, terbukti dari pesannya yang dari tadi centang biru, tapi tak ada balasan meski ia merestart ponsel berkali-kali. Hanya dibaca, menyebalkan. "Hah, bagaimana ini?" desahnya frustasi.
Kevin ingin menemui Nia sekarang juga, nekat ke rumahnya tanpa peduli pada omelan dokter. Tapi ia tak bisa melepas jarum yang menancap di dalam kulit. Tertarik sedikit saja bisa membuatnya mengerang kesakitan sampai darah naik ke selang infus dan berakhir memanggil perawat untuk membenarkan posisi jarum infus.