"Ughhh." Tiba-tiba ringisan keluar dari bibir tebal Kevin. Pemuda itu mencengkram ujung kaos rumah sakit berlengan panjang kala tangannya terasa berdenyut. Tak disangka luka itu terlalu dalam untuk cepat sembuh. Padahal ia ingin cepat keluar dari Rumah sakit. Jika boleh jujur, pemuda sipit itu tak suka bau obat yang menguar hampir di semua titik Rumah sakit. Itu sebabnya Kevin memilih menghabiskan waktu di taman.
Mata coklat Nia melebar saat itu juga. Ia merengkuh bahu Kevin yang lemas meski dia sendiri kesusahan karena sebelah tangannya memakai tongkat (kaki kanannya sudah sembuh, tinggal kaki kiri yang masih di gips).