Angin berhembus kencang menerbangkan helaian rambut gadis yang tengah mematung. Sepasang tangan gadis itu mengepal seiring dengan hatinya yang terasa sesak seolah pasokan oksigen menghilang. Benarkah sekarang Kevin dan Nia adalah sepasang kekasih? Gadis itu berharap pemuda itu mengatakan tidak atau seluruh hidupnya akan hancur.
"Kalo enggak kenapa?" Otot-otot wajah yang tadi tegang langsung melemas. Sedetik lalu ia sungguh takut. Tak rela cinta masa kanak-kanaknya direbut Nia. Dia tak akan memaafkan Nia jika mereka sungguh pacaran.
"Jadi yang benar, pacaran atau tidak?" tanya Mela dengan mata terkulai menyiratkan kesedihan yang teramat dalam. Beberapa kali gadis itu menghela napas guna menetralkan degup jantungnya.
"Tidak." Helaan napas lega keluar dari bibir tebalnya. Seutas senyum terpampang di wajah manisnya, lega karena ia masih memiliki kesempatan mendapatkan Kevin. Hampir saja nyawanya terenggut jika kata iya yang terucap dari bibir pemuda cepak itu.
"Tapi akan."