"Nia kamu gak apa apa?" Tiara berlari ke lapangan indoor, membantu Nia berdiri dari posisi bersimpuh. Ringisan keluar dari bibir tipis Nia, ia bisa mendengar suara retakan dari tulang-tulangnya.
"Sial! Sakit!" umpat Nia ketika Tiara menyentuh luka Nia.
"Maaf aku terlambat," sesal Tiara menatap sendu wajah Nia yang penuh lebam.
Nia menggeleng. "Gak kok. Kalo kamu gak dateng mungkin aku akan mati."
"Astaga kamu terluka parah Nak," pekik Bu Susi membuka mulut, kasihan melihat keadaan Nia yang penuh luka disekujur tubuh. Sudut bibirnya berdarah dan rambut Nia kusut seperti orang tak pernah sisiran.
"Ibu akan tambah hukuman mereka. Kedua anak itu harus membersihkan toilet selama 2 minggu," ujar Bu Susi yang mengepalkan tangan kuat.
Nia tersenyum, mungkin Tuhan telah mendengar doa-doanya hingga Pencipta alam semesta itu mengirim Bu Susi dan Tiara sebagai penolong. Sebelum malaikat mau merenggut nyawanya.
