"Jadi, Mela yang duluan pukul lalu kamu balas?" Adikara berjalan mendekati Nia, berdiri sambil menatap tajam anak semata wayangnya.
"I-iya. Tapi itukan karena Mela yang dulu-"
PLAK
"... wan". Penjelasan Nia terputus oleh tamparan Adikara. Tubuh Nia mematung kala panas menjalar ke pipi hingga dadanya. "Kenapa kamu balas? Harusnya kamu diam aja. Sekarang Ibunya marah marah sama Ayah," timpal Adikara.
Sekar dan Nia membulatkan mulut mereka. Hati kedua wanita itu memanas, heran dengan ucapan yang terlontar dari Adikara. Adikara menganggap Nia anaknya kan?
Suasana mencekam hinggap di kamar bernuansa feminin. Keheningan terjadi tak lama setelah tamparan yang dilayangkan Adikara. Hanya ada suara lagu yang masih terputar dengan volume kencang.