Pasukan Nusa yang tersebar di sekitar tembok, ribuan penduduk kota, dan avonturir yang pergi mencari harta perang, semua orang di sana menengadah merinding melihat langit gelap akibat meteor air raksasa di atas kepala mereka.
Semua orang saat itu berpikiran sama, "Inilah kematian."
Mereka merasa dewa kematian telah tiba, siap menjemput mereka kapan saja. Gahar di udara sana, terlihat membeku. Matanya membelalak dengan mulut terbuka lebar. Tidak pernah dia duga kalau Nyi Roro mampu mengeluarkan serangan sebesar dan sekuat yang ia lihat di langit. Gahar tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menahan serangan itu.
Tangan Gahar yang menggenggam artifak gadanya mulai berkeringat. Ia pandangi [Tishtrya Mace], selama ini, walau sudah memiliki artifak [Tishtrya Mace] hampir dua puluh tahun, Gahar merasa kalau dia belum mengeluarkan seluruh potensial kekuatannya.