Arta melompat menghunuskan tombaknya, menusuk cepat ke arah Panji.
"[Yazmak] miss."
Swooosh.
Ujung tombak melewati samping wajah Panji. Arta sontak kaget, tidak mengerti bagaimana serangannya bisa gagal menemui sasaran. Tapi, sebelum ia bisa memikirkan itu, Arta harus menghindari dulu muka pistol yang kini berada tepat di depan keningnya.
Shoot!
Arta berhasil menghindar walau pelipisnya masih sedikit tergores mengeluarkan darah. Seketika ujung matanya melihat ayunan pisau yang bersiap memotong tangan kanannya yang masih dalam posisi menyerang menggunakan tombak.
Arta semerta menaikkan kakinya, menendang perut Panji menjauhkan jangkauan pisau darinya. Hanya tidak ia kira, Panji yang terdorong akibat tendangannya malah melempar pisau daging itu yang sukses menancap pada bahunya.
"Ugh! Bajingan!"
Panji sendiri yang tertendang merasakan sakit di perutnya, baru kali ini ia merasakan serangan lawannya. Karena biasanya ia selalu bisa membuat serangan itu gagal mengenainya.