Menjelang sore, sebuah mobil jip terbang tiba di depan stasiun lama dalam reruntuhan Kota Hujan. Sepasang lelaki dan perempuan turun dari mobil, memandangi bangunan tua yang telah tebengkalai termakan waktu. Tidak ada yang menunjukan tempat di depan mereka layaknya sebuah stasiun yang mereka kenal. Hanya tumpukan bebatuan dan bata yang sudah menyatu dengan alam.
Si lelaki, Rakha, berjalan pelan melihat pagar bata yang sudah berantakan, di salah satu permukaan yang lapuk, ia meraba dan merasakan nama yang timbul dari permukaan itu.
"Buitenzorg…" Rakha lalu melirik kembali bangunan yang tidak berupa di depannya, "Kalau Guildmaster tidak memberikan kordinat tempat ini, kita mungkin akan melewatinya."
"Ini benar-benar sudah tidak terlihat seperti stasiun lagi. Rel keretanya pun tidak terlihat," Citra menimbali. Di tangannya, ia membawa sebuah tas gitar yang biasa Rakha bawa. Ia serahkan tas itu pada Rakha, yang seenaknya pergi tanpa membawa senjatanya.