Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan karena, di hari ini seorang pangeran yang bernama Dans sedang merayakan kedewasaan dan dalam waktu 1 tahun dia akan menghadapi penyucian diri untuk menjadi penerus dari sang raja di negeri tersebut.
"Akhirnya, akan ku tunjukkan semua kemampuan ku satu tahun lagi dan aku harus lebih kuat dari sekarang" berbicara dalam hati, sambil tersenyum bahagia seolah dirinya merasa sedikit lagi mulai dekat dengan tahta kerajaan dan akan memimpin negri ini.
"Hai pangeran" panggilan dari seorang wanita cantik.
"ya ada yang bisa saya bantu nona yang cantik dan manis" sahut pangeran dengan senyum seorang pria sejati pada umumnya.
"Tak apa pangeran, apakah pangeran ingin menemani saya di pesta ini sebentar" sambil mendekat kan tubuhnya dan sedikit menggoda pangeran tampan itu.
"Dengan senang hati nona ku yang manis" sambil membalas wanita tersebut dan memegang bibir halus wanita cantik itu.
Tanpa menanyakan nama pangeran dan wanita itu menghabiskan malam bersama di tengah pesta tersebut, malam pun semakin larut dan suara bell jam besar kerajaan berbunyi tepat di jam 12.
"HAHAHAHAH ! Betapa bodohnya kau pangeran, dulu ayahmu membuat diriku dan kaum ku menderita" sambil mencengkram tangan pangeran yang mulai gemetar ketakutan.
"Apa yang kau inginkan ? siapa kamu sebenarnya" dengan tangan yang mulai lemah di tambah cengkraman kuat dari wanita itu pangeran tidak bisa berbuat apa apa.
Suasana pesta pun mulai kacau dan banyak mata mengarah kepada kekacauan yang di buat wanita itu, seketika wanita yang tadinya cantik dan manis berubah menjadi sosok yang mengerikan dengan rambut yang terurai mata hijau dan muka yang tua penuh dengan kulit yang terkelupas seperti seorang penyihir dalam legenda yang selalu di ceritakan ibu pangeran saat dia kecil dulu.
"Apa kau seorang penyihir jahat itu ?" teriak pangeran ke wanita tua itu sambil menahan sakitnya cengkraman tangan yang terasa semakin memanas di pergelangan tangan pangeran.
"HAHAHAHA" hanya tawa yang terus menerus di lontarkan wanita tua itu.
Sang raja datang karena keributan itu mulai tidak terkendali dan hawa hitam mulai menyelimuti aula tempat di adakannya pesta tersebut.
"Apa yang terjadi di sini ? kauuu" sang raja terlihat marah dan akan menyerang dengan sihir cahaya yang turun temurun di wariskan kepada anggota keluarga kerajaan.
Sambil mengangkat tangan dan mengeluarkan sebuah sihir yang sangat kuat dan dahsyat yang bersinar terang pada telapak tangganya seolah siap menghancurkan kejahatan yang ada di depan matanya. "Jika kau bosan hidup sampai berani menerobos di kediaman ku ini, tak kan ku biarkan kau pergi hidup hidup bahkan abu mu pun takkan pernah ku sisakan sedikitpun dari tubuhmu" dengan nada bicara yang sangat lantang dan tekanan yang kuat.
"Jika kau sudah bosan menjadi seorang raja lakukan itu, kau tidak melihat banyaknya orang di ruangan ini hahahaha kau tak akan bisa melakukan apa pun dengan sihirmu yang sangat kuat kau akan meratakan seluruh bangunan dan orang orang serta putra mu satu satunya sang penerus tahta kerajaan ini" dengan nada bicara yang bangga tanpa keraguan.
"Sial jika terus begini putraku akan dalam bahaya" berbicara dalam hati dengan muka yang begitu mencemaskan anak semata wayangnya sekaligus pewaris tahta. "Baiklah apa yang kau inginkan wanita licik" sang raja berkata dengan nada bicara yang cukup kesal.
"Aku tak akan meminta apa apa kepada kalian para bangsawan, semua yang kalian miliki hanyalah buah dari dosa yang kalian lakukan di masa lampau" menjawab pertannya raja dengan penuh percaya diri.
"Apa maksud mu ? Bajingan" menjawab dengan penuh kebingungan dan rasa kesal yang semakin tak terbendung.
"Ya semua yang kalian makan dan nikmati tidak lah lebih dari sebuah dosa dari keluarga dan harus ada orang yang memutuskan rantai dosa di kerajaan ini" sambil melihat ke arah pangeran yang mulai lemah karena cengkraman wanita itu belum di juga. "ya pangeran kita ini belum resmi menjadi seorang penerus sebelum umurnya nanti dan aku akan memberikan kutukan kepada anak ini, kekekekek" tertawa mengerika seolah wanita itu sedang memikirkan sebuah rencana yang menggunakan.
"..." sang raja hanya bisa terdiam dan orang orang yang ada di sekitar pun hanya bisa menyaksikan sambil ketakutan akan bahaya yang akan melanda negri mereka pada malam itu.
Sambil memegang kepala sang pangeran "Kau akan menjadi orang yang lurus, dengan begitu kau akan menyadari bagaimana bengisnya tempat tinggal yang selalu membuat mu bahagia ini adalah kutukan dari ku, kau tak akan menyadari kutukan apa yang ku berikan entah berapa lama waktu yang di butuhkan sampai kutukan ini aktif dari dalam tubuh mu nanti" berkata berbisik kepada pangeran yang sudah mulai hilang kesadarannya.
"Baiklah tugas ku sudah selesai dan untuk rajaku maaf sudah menggau pestannya, pangeran tidak mati dia hanya kelelahan" setelah berkata begitu sang wanita penyihir itu pun menghilang selayaknya hembusan angin yang deras melalui celah celah pintu.
"Wanita bajingan itu " dengan nada yang kesal "Penjaga bawa pangeran ke kamarnya dan jaga dengan ketat jangan sampai ada yang masuk dan aku tidak ingin mendengar kejadian mecam ini terjadi lagi, kalian mengerti" Dengann nada bicara yang lantang tapi di dalam pikiran raja mengarah ke apa yang di katakan si wanita tua itu tentang kutukan.
Malam yang panjang untuk raja Charles pun di mulai dengan isi pikiran yang penuh dengan pertannya akan kedatangan wanita tua itu, bahkan tak bisa di pungkiri pikiran itu selalu menghantui malam sang raja soal kutukan yang di katakan wanita itu.
"Sayang, sudahlah ayo istirahat" ratu berbicara lembut mencoba menenangkan raja yang sedang kesal, bingung, dan tidak jarang pula raja selalu memukuli dinding kamarnya.
"Kau duluan saja, ada yang harus aku kerjakan" raja Charles menjawab dengan nada bicara yang sudah lumayan tenang.
Raja Charles pun bergegas menemui orang orang bijak serta perpustakawan datang ke ruang rapat istana di malam itu juga, Raja Charles menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya dan memerintahkan para orang orang bijak itu untuk mencari tahu tentang kutukan serta sihir hitam yang bisa mengutuk orang lain.
Malam pun berlalu, ayam sudah berkokok menandakan hari mulai pagi dan semua orang yang ada di ruang rapat itu tidak menemukan petunjuk apapun perihal sihir hitam yang dapat mengutuk orang lain.
"Ayah, kamu di mana aku dan ibu akan jalan ke alun alun kota" Teriak pangeran dans dari luar ruangan rapat.
bersambung.