Chereads / Jendela kata dan kita / Chapter 47 - Hujan, petir, bising dan dentuman

Chapter 47 - Hujan, petir, bising dan dentuman

Luar hingar dan bingarnya di antara lampu kota dan derasnya hujan,

Sunyi.

Sunyi sekali, sebagian besar manusia sedang meringkuk di balik selimut hangat dan sebagian lainnya pula bertahan meringkuk di kamar berukuran 2×2 m, atau bahkan sebagian lainnya tak beranjak sedikitpun ke kamar, sibuk mencari sumber lubang lubang atap yang bocor sembari mencari penadah seperti ember, baskom, atau bahkan panci panci dan bekas wadah seadanya. Di antara yang telah disebutkan, seorang perempuan muda itu menjadi satu satunya orang dikota teduh ini yang memilih tak beranjak atau sekedar berteduh, membiarkan cipratan air dan lumpur bersatu menambahkan motif di dress putihnya, melepekkan rambut hitam panjangnya yang berkilau, membasahi paras cantiknya dan satu yang tak kalah penting, air hujan itu menyatukan air matanya, menutup segala kesedihan, melarutkan sesak dan membebaskan ikatan tanpa simpul yang mengikatnya 3 tahun terakhir sejak pecahan kaca, hujan, petir, riuh dan bising itu membuat segalanya berubah.

Aku, gadis 18 tahun dalam kecamuk perang panjang, terikat hujan, petir, dan dentuman menginginkan kebebasan seperti hujan yang pernah kubenci bertahun tahun lamanya, dan sekarang aku ingin memeluk segalanya bersama hujan.

Reyna,