Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DIORA #1

🇮🇩RaaKen
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.5k
Views
Synopsis
DON'T COPY MY STORY HAPPY READING! - Perasaan nyaman dan aman ketika berdekatan dengan Dion -teman kecil sekaligus tetangga seberang rumahnya, membuat Agatha merasa seperti memiliki sosok kakak laki-laki yang selama ini Ia inginkan. Hidup sebagai anak tunggal terkadang membuat Agatha merasa kesepian. Bergantung kepada Dion sudah Agatha tekuni sejak masih balita, walaupun sikap dingin Dion tidak jarang membuat Agatha kesal dan berakhir menangis mengadu pada maminya. Beranjak dewasa, Agatha mulai mengerti jika selama ini hanya kepadanya Dion bersikap dingin. Agatha tidak mau terus-terusan makan hati atas sikap membekukan Dion kepadanya, Ia bertekad untuk tidak bergantung lagi pada Dion. Apakah Agatha berhasil ? Apakah Agatha mampu mengesampingkan perasaan kecil yang Ia sendiri tidak tahu artinya? "Toh, gue udah gede. Bisalah idup tanpa tuh abang-abangan." - Agatha Rakhel Kirana (20) "Gak dari dulu aja lo jauh-jauh dari idup gue." - Aldion Erlando Pratama (22)

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - BAGIAN 1

Hujan sejak pagi turun dengan deras, menimbulkan aroma khas tanah basah. Menyeruak memenuhi indera penciuman, suara air yang jatuh terdengar seperti lagu penghantar tidur, udara yang dingin menambah kemalasan untuk beranjak dari kasur. Yap. Hujan di pagi hari memang menjadi alasan sebagian besar manusia pemalas untuk bangun dan beraktifitas. Seperti halnya Agatha yang masih betah bergelung dalam selimut tebal, padahal kalau tidak hujan pasti sinar matahari sudah menerobos masuk menyinari kamar cewek itu.

"Agatha bangun! Kamu mau buat kerutan di muka mami nambah?! Pagi-pagi bikin emosi aja ini anak!".

Suara menggelegar mengalahkan guntur itu membuat tidur Agatha terganggu. Mata yang tadinya terpejam, seketika terbuka ketika selimut tebalnya ditarik paksa oleh si pengganggu, siapa lagi kalau bukan maminya.

Masih dengan nyawa yang belum terkumpul, Agatha membalas tatapan tajam maminya dengan mengerjapkan mata, mengumpulkan nyawa.

"Kenapa muka kamu kayak orang ilang gitu?! Kamu liat jam berapa sekarang!" Agatha melihat jam di atas nakas. Matanya membelalak dengan mulut terbuka lebar.

"Mami udah jam 8! Kenapa gak bangunin Agatha sih, kebiasaan banget mami bikin anaknya telat ke kampus!". Teriak Agatha sambil berlari ke kamar mandi.

Maminya hanya menampakkan wajah datar mendengar anaknya menyalahkannya. mengatur pernafasan sambil mengelus dada. Benar-benar jiplakan lo Ren, jangan emosi, tahan, tahan.

Renata beranjak dari kamar anaknya sambil terkikik geli membayangkan teriakan apa yang akan terjadi setelahnya. Tangannya sudah membuka pintu ketika suara yang tak kalah menggelegar darinya terdengar dari dalam kamar mandi.

"Mamiii! Ini kan hari minggu!

- DIORA -

"Muka kamu biasa aja dong Tha gak usah manyun gitu bibirnya. Kaya ikan lohannya Gavin tau." Ejek Renata ketika melihat muka anaknya yang kesal.

"Mana ada lohan mulutnya manyun, yang ada jidatnya Mi." Ucap Agatha kesal sambil mendorong troli belanjaan yang sudah hampir terisi penuh.

"Kata siapa mulut lohan manyun? Mami gak pernah ngomong gitu perasaan." Ujar Renata sambil mengambil buah, terkekeh ketika melihat muka anaknya tambah kesal.

Agatha memilih diam daripada ribut dengan maminya yang nantinya bisa mengobrak-abrik tatanan sayuran di supermarket ini. Setelah kejadian menyebalkan pagi tadi, maminya memaksa Agatha untuk menemaninya belanja kebutuhan rumah. Asisten rumah tangganya kebetulan sedang pulang kampung minggu lalu, katanya anaknya yang terakhir baru saja melahirkan bayi kembar. Budhe –panggilan akrabnya, yang penasaran ingin segera menemui cucu kembar pertama di keluarganya sangat bersemangat meminta ijin cuti dari maminya. Maminya sih oke-oke saja toh ada anaknya yang bisa disuruh-suruh, Agatha yang tersiksa. Padahal kalau shopping, maminya akan pergi sendirian daripada harus mengajaknya. Kalau susah aja ngajak Agatha, giliran seneng-seneng pergi sendirian. Menyebalkan memang maminya ini.

Agatha mengedarkan mata menatap sekelilingnya. Sejauh matanya memandang, hanya terlihat ibu-ibu yang sedang memilih bumbu dapur. Kok bisa ya mereka pilih-pilih bumbu macem-macem gitu.

"Mi, udah belum? Atha pengen jajan. Nanti cikinya keburu abis Mi." Renata menoleh mendengar Agatha merengek seperti bocah. Berdecak sebal melihat anak satu-satunya hanya tahu jajan.

"Mami belum selesai Tha. Lagian cikinya juga masih banyak, siapa juga yang mau borong satu rak ciki."

"Mami ih gak peka. Agatha udah capek dari tadi ngikutin mami doang ga selesai-selesai." Agatha jongkok di sebelah maminya, seperti anak kucing yang terlantar.

"Berdiri ih, nanti mami dikira gak kasih piaraan mami makan kalo – " Ucapan mami terpotong ketika suara yang sangat familiar terdengar di telinga Agatha.

"Ren, mau ada acara apa sampai belanja banyak, ngajak anak ceweknya lagi?" tanya tante Alisa sambil mengelus kepala Agatha yang masih setia berjongkok disebelah maminya.

"Gak ada acara apa-apa Sa, Cuma budhe lagi pulang kampung jadi mau gak mau ya Agatha yang diajak." Jawab maminya sambil menarik kerah belakang baju yang dikenakan Agatha, persis seperti mengangkat seekor kucing.

"Mamiii nanti baju aku melar." Dengus Agatha sambil melirik sebal maminya.

"Kamu gak tau malu banget sih Tha, ini ada tante Alisa bukannya disapa malah ditinggal jongkok kayak anak kucing." Omel maminya sambil geleng kepala melihat kelakuan anaknya yang absurd. Alisa yang melihat Agatha diomeli, malah terkekeh geli melihat muka kusut Agatha. Lucu.

"Pagi tante Alisa. Agatha bosen banget nungguin mami belanja. Agatha pulang bareng tante aja gimana? Boleh kan tan?" tanya Agatha sambil menggoyang-goyangkan tangan Alisa dengan mata yang berkedip-kedip. Ewh, sok imut banget.

Tante Alisa mengangguk sambil tersenyum geli melihat Agatha yang menurutnya menggemaskan. Berbeda dengan mamanya yang sudah menatapnya dengan gemas melihat kelakuan memalukan anaknya.

"Gak usah baikin Agatha Sa, yang ada kamu rugi nanti."

Agatha sudah akan memprotes maminya, saat mendengar sebuah suara lelaki dewasa membuatnya mengurungkan niat mengeluarkan protes untuk maminya.

"Mau beli apalagi Ma?"

Aldion, anak tante Alisa. Tetangga juga satu kampus dengannya yang songongnya minta ampun. Gimana gak songong? Dulu aja masih kecil suka main sama Agatha, mandi bareng pula. Eh, sekarang giliran udah gede sok banget jadi manusia. Udah tau kalo mereka tetanggaan, mami mereka juga temenan, apalagi papi mereka satu squad main catur di pos kamling komplek. Eh anaknya diem-diem bae kalau ketemu Agatha. Agatha sih yang awalnya memutuskan nyuekin tuh cowok, tapi lama-lama ngeselin juga tuh orang. Bukannya ngajak ngobrol Agatha, eh malah balik cuek. Tetangga lucknut emang. Untung sih cakep, tinggi, pinter, idaman banget buat jadiin pacar. Tapi kalau songong gitu mending jomblo aja daripada pacaran sama manusia lucknut.

"Eh calon mantu idaman, nganterin mama belanja juga sayang?" Tanya Renata sambil tersenyum lebar menatap Dion yang berdiri gagah sambil tersenyum di samping Alisa.

Mami nih lebih malu-maluin, mantu idaman apaan kayak gitu, batin Agatha.

"Iya tante, sekalian Dion mau beli sesuatu." Jawab Dion sambil tersenyum tipis. Agatha memutar bola mata sebal. Cih. Sombong. Belagu.!

"Mama udah selesai kok. Ya sudah kita pulang sekarang aja. Agatha kamu jadi pulang sama tante nggak?" Tanya tante Alisa mengagetkan Agatha yang sedang mengumpati anaknya.

Agatha yang ditanya mendongakkan kepala. Tatapannya bertemu dengan tatapan datar Dion. Hanya beberapa detik, hingga cowok jangkung itu lebih dulu mengalihkan pandangan.

"Enggak jadi deh tante. Kasihan mami nanti bawa belanjaan sendiri." Tolak Agatha sambil tersenyum lebar.

"Beneran nih? Apa mau Dion bantuin aja biar nggak kerepotan bawanya?"

"Udah nggak usaha Sa, lagian nggak banyak-banyak banget. Bisa kok, lagian naik mobil nggak jalan kaki" tolak mami sambil tersenyu, bersiap mendorong troli ke kasir.

"Ya sudah. Kita duluan ya Ren, Tha. Nanti main ke rumah kalo ada waktu ya. Kita masak bareng lagi Ren" Pamit tante Alisa. Agatha dan maminya tersenyum dan mengangguk.

"Sana ambil jajan, mami tunggu di kasir ya." Agatha langsung melesat mencari ciki-ciki yang akan menemaninya marathon movie.

Ciki, I'm coming.

- DIORA -

"Tha, kamu kok sombong banget sama Dion? Gak nyapa lagi pas ketemu tadi. Jarang-jarang ketemu lho, masa gak disapa.?" Tanya maminya sambil menata belanjaan di dapur. Memasukkan sayuran ke dalam kulkas dan meletakkan bumbu-bumbu juga jajanan Agatha ke dalam rak khusus.

Sedari tadi maminya mengoceh tentang betapa sempurnanya Dion untuk dijadikan menantu. Tampan, kaya, gagah, baik hati, manis, sopan. Ah, sudah hampir semua hal-hal baik maminya ucapkan hanya untuk memuji sosok dingin tak berperasaan seperti Dion. Coba saja maminya melihat seperti apa sifat asli dari orang yang sering Ia puji berlebihan itu, sosok menantu perfect yang maminya idamkan. Pasti kejang-kejang tuh maminya.

"Mana sempat, keburu telat." Sahut Agatha kelewat menyebalkan dari meja makan sambil menikmati es krim trico yang sudah terlihat semua stiknya.

"Kamu nih ngeselin banget. Ditanya baik-baik malah gak ada akhlak jawabnya.!" Sungut maminya sambil menjewer telinga Agatha. Agatha meringis sambil mengusap telinga kirinya yang terasa panas, pasti merah nih, batin Agatha.

"Ya mami lihat sendiri tadi. Orangnya aja cuek gitu masa Atha nyapa duluan. Yang ada nanti Atha dikacangin sama tuh es.!" Sahut Agatha sebal sambil melangkah mendekati sudut dapur, membuang stik es krimnya.

"Gak ada salahnya dong Tha nyapa orang duluan. Kamu nih kayak kacang lupa kulitnya tau gak? Dulu aja ngekorin Dion kemana-mana. Ke kamar mandi aja kamu ngikut. Sampai-sampai kalian dulu dikira dampit." Seru Renata sambil melangkah meninggalkan dapur, menuju ruang tengah untuk menonton sinetron kebanggaannya. Kisah nyata.

"Dampit apaan mi? Bahasa mana tuh?" tanya Agatha penasaran. Menghampiri maminya yang sedang menghidupkan televisi di didepannya.

"Dampit tuh dari bahasa Jawa, istilah buat kembar cowok sama cewek." Agatha mengangguk sambil membulatkan bibirnya membentuk huruf O setelah mendapat jawaban dari maminya. Ia memutuskan kembali ke dapur untuk mengambil camilan yang akan dibawa ke kamarnya untuk menemaninya nonton drakor, daripada ikut nonton sama maminya, yang ada nanti Ia ketularan virus ibuk-ibuk penyuka sinetron. Gawat.