Jam masih menunjukkan pukul 06.00 tapi Leon sudah berada di taman panti dengan memakai celana panjang dan baju olahraga panjang warna hitam, di padukan dengan sepatu olahraga berwarna putih.
Terlihat tampan dengan poni rambut yang terangkat ke atas, memperlihatkan dahinya yang pas untuk seorang pria, tidak lebar dan tidak ciut.
Alisnya juga tebal dipadukan dengan mata elangnya. Hmm bisa bayangin kan bagaimana ketampanan Leon. Di Amerika dia selalu menarik perhatian kaum hawa, tapi dia sama sekali tidak menghiraukannya.
Hanya sebatas teman. Itu saja tidak lebih dan tidak kurang.
Selama di Amerika, yang dipikirkan Leon hanyalah menempuh pendidikan dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Memuaskan bagi dirinya, kampusnya dan terutama keluarganya di panti.
"Kak Leon, bye!" teriak anak laki-laki kecil yang merupakan salah satu penghuni panti.
"Bye, hati-hati!" jawab Leon sambil melambaikan tangan.
Selain anak itu, beberapa anak yang sekolah di sekolah dasar juga menyapa Leon yang sedang berdiri di taman sambil meregangkan otot-otot tubuhnya.
Mereka akan berangkat sekolah dan memang begitulah kebiasaan anak SD setiap pagi. Sejenak dia jadi teringat masa-masa dirinya sekolah dulu. Berangkat sekolah bersama, belajar bersama dan pulang bersama.
Begitulah kehidupan anak panti, dan entah bagaimana kehidupan anak-anak yang memiliki kedua orang tua, mungkin mereka sangat bahagia karena mereka lebih beruntung daripada dia dan seluruh anak panti ini.
Leon meneruskan kegiatan paginya yang selalu rutin ia lakukan baik saat di sini dulu maupun saat dirinya berada di Amerika.
Kegiatan olahraga memang selalu menjadi prioritasnya untuk menjaga kesehatan.
Setelah ia melirik jam di ponselnya dan menunjukkan pukul 07.30, barulah dia menghentikan aktifitas olahraganya dan berlari masuk ke dalam rumah. Ia menyapa seorang pengurus panti lainnya yang tidak terlalu aktif kemudian meneruskan langkah kakinya menuju ke kamar.
Leon hendak mandi kemudian sarapan di dapur.
Nanti siang dia akan menemui Emily, itupun jika panti tidak sedang sibuk, takutnya ada kunjungan atau donatur yang datang sedangkan ibu panti sudah berangkat ke luar kota sejak habis subuh tadi.
"Kakak pergi saja, aku sedang tidak ada pekerjaan hari ini!" kata Lia yang sedang sarapan di meja makan pagi itu.
"Kau yakin?"
"Iya kak, aku tahu kau pasti merindukan kak Emily kan? Dia pasti juga sangat merindukan dirimu!" Lia tersenyum.
Leon menanggapi dengan senyuman saja. Ia malu jika harus mengatakan ia merindukan Emily. Seperti anak alay saja, pikirnya.
"Baiklah, aku cuma sebentar, aku pastikan akan segera kembali nanti!"
"Kak Leon jangan khawatir. Dan pakai saja motorku, ada di luar rumah!"
Leon mengucapkan terima kasih pada Lia sebelum meneruskan sarapannya kembali.
*
Jalanan cukup ramai siang itu dan Leon nekat menerobos cahaya matahari yang begitu terik untuk menemui Emily di tempat kerjanya.
Iya, saat ini Emily pasti sedang bekerja dan beberapa waktu lalu Emily pernah mengatakan bahwa dia bekerja di sebuah perusahaan besar milik keluarga Andrew.
Leon mencari perusahaan itu dan syukurlah dia bisa menemukannya dengan cepat.
Saat dirinya memasuki pelataran perusahaan di situlah dia tak sengaja bertemu Emily yang berjalan keluar kantor.
Emily berhenti sejenak ketika melihat seorang pengendara motor dengan helm di kepalanya berhenti tepat di hadapannya menginjakkan kaki saat ini.
Emily belum tahu jika itu Leon. Ia pun masih memperhatikan pria itu sebelum ia terkejut saat Leon melepas helm penutup kepalanya.
"Dasar nakal, kenapa kau ada di sini?" Emily memukul pundak Leon sekuat tenaga dengan wajah yang cemberut dan kesal.
"Seperti itukah sambutan yang kau berikan untukku?"
"Menyebalkan!" Emily menghentakkan kedua kakinya hingga membuat Leon tertawa.
"Mau makan siang denganku?" ajak Leon yang kemudian mendapatkan anggukan dari Emily dan segera wanita itu duduk di atas motor Leon.
Motor matic Leon berjalan santai menuju ke restoran yang tak jauh dari kantor tempat kerja Emily.
Ia memarkirkan motornya kemudian masuk ke dalam restoran bersama Emily.
"Silakan pesan tuan putri!"
"Baik Tuan Leon!"
Emily memesan spaghetti dengan saus pedas sedangkan Leon memesan nasi rendang.
"Kau pesan rendang? Kau mengingatkanku dengan seseorang!" celetuk Emily yang kemudian mengambil ponsel.
Ia sibuk mengetikkan sesuatu dan kemudian membuka ponselnya kembali saat mendapatkan sebuah balasan.
"Kirim pesan pada siapa?" tanya Leon.
"Seseorang." Jawab Emily sambil tersenyum." Kau berhutang penjelasan kepadaku Leon! Kenapa kau tidak menghubungiku satu minggu ini? Dan sejak kapan kau berada di Indonesia?"
Leon pun menjelaskan bahwa dirinya pulang ke Indonesia masih tadi malam dan dia hanya ingin memberi kejutan saja.
Emily mendengus kesal lantaran ia tersiksa karena kejutan Leon yang diberikan kepadanya.
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Emily. Tak lama kemudian pelayan datang dengan membawa pesanan mereka dan kemudian pelayan itu menaruh pesanan mereka di atas meja.
"Selamat menikmati tuan, nona!"
"Terima kasih!" ucap Leon dan Emily bersamaan.
Terdengar suara Leon menyesap minuman dinginnya yang membuat tenggorokannya terasa lega. Cuaca panas diluar telah membuat tenggorokannya tadi mengering seketika dan minuman itu adalah pelepas dehidrasi nya.
"Mewujudkan impianku, mendirikan restoran dan...." Leon terdiam sesaat. Ia ingin mengatakan bahwa ia ingin melamar Emily namun ia urungkan karena merasa waktunya belum tepat." Dan mengelolanya!"
"Aku akan membantumu. Dan jujur aku sangat merindukanmu Leon! Tanpa dirimu tiga tahun seperti makan nasi tanpa lauk!"
"Memang kau pernah makan nasi?"
"Pernah, sekali-sekali!" Emily tertawa kecil kemudian memakan makan siangnya cepat. Ia tidak akan terlambat lagi hari ini, jika sampai dia terlambat, Nyonya Lenny akan mengeluarkan sungut nya dan menghukumnya kembali seperti kemarin.
Setelah selesai dengan makan siangnya, Emily harus memohon maaf pada Leon karena tidak bisa menemaninya lama.
"Baiklah, aku akan menagihnya lain kali. Mungkin dinner besok malam?"
"Mmm kita lihat nanti. Aku akan menghubungimu lagi," Emily berdiri dan diikuti oleh Leon.
"Aku akan mencari kontrakan setelah ibu panti kembali dari luar kota!"
"Serius? Aku pikir kau akan tinggal di panti selamanya."
"Tidak. Aku harus merelakan kamarku untuk dipergunakan anak yang lain, tapi sekali-sekali aku akan mengunjungi panti!"
Mereka sudah sampai di parkiran kemudian saling mengenakan helm masing-masing.
"Jika kau butuh sesuatu telepon saja, jangan buat aku merindu dengan menunggu ketidakpastian akan chatmu!"
"Iya Emily sayang, kau tenang saja!"
"Sayang? Kau pikir aku kekasihmu?" celetuk Emily sambil tertawa.
Leon terdiam sesat.
"Kenapa diam saja, ayo jalan sebelum aku mendapatkan amarah dari atasan ku!"
"Hmmm,"
Motor matic Leon melenggang dengan kecepatan sedang menuju ke kantor tempat Emily bekerja.
"See you, Leon. Ingat, hubungi aku ya, jangan buat aku menunggumu!"
Leon tersenyum kemudian mengangguk.
Ia masih di atas motornya menatap punggung gadis manis itu yang semakin lama semakin menghilang di balik pintu Lift.