Chereads / Harus Memindah Cinta / Chapter 4 - Kembalinya Leon

Chapter 4 - Kembalinya Leon

Pesawat yang di tumpangi Leon mendarat sempurna di bandara Soekarno-hatta tepat pada pukul sepuluh malam.

Semua penumpang bergantian turun begitu juga dengan Leon yang langsung tersenyum dan mulai menghirup dalam udara segar di Negara tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.

Tangan kanannya memegang gagang koper dan menariknya hingga keluar dari Bandara. Tak ada yang menjemputnya, itu karena tidak ada satu orang pun yang Leon beri kabar jika ia akan pulang hari ini.

Pasti banyak orang yang terkejut akan kedatangannya sesampainya di panti nanti. Mengingat pesan di Whatsapp nya penuh dengan chat orang-orang terdekatnya menanyakan kapan dia pulang? Kenapa tak menjawab chat ku? Kenapa tidak angkat telepon ku?

Leon tersenyum geli mengingat chat mereka yang begitu polos.

Saat ini tujuan utamanya adalah panti asuhan, karena dia tidak punya tempat tinggal lagi selain di sana. Selain itu orang-orang yang merawatnya ada di sana semua, merekalah keluarga utama Leon yang harus ia prioritas kan terlebih dahulu.

Berjajar taxi di depan bandara dan para supir taxi itu mendekatinya dan menawarinya untuk naik ke taxi mereka. Ia pun memilih salah satu taxi yang sopirnya sudah bapak-bapak dan terlihat tua.

Selain kasihan, ia juga ingin berbagi rejekinya dengan pekerja keras seperti bapak satu ini. Di usianya yang terbilang tua dan seharusnya sudah pensiun, beliau masih bekerja hingga larut malam seperti ini.

"Panti Asuhan 'Bunda' Pak!"

"Baik, Tuan!" jawab sopir itu. Kemudian taxinya perlahan meninggalkan wilayah Bandara menuju ke tempat yang di sebutkan Leon tadi.

Tiga tahun tak melihat negara dimana ia dilahirkan, terasa banyak sekali yang berubah. Mulai dari banyaknya jalan tol yang memanjang hingga puluhan kendaraan yang kini melewatinya. Dulunya seingat Leon masih perkampungan, tapi sekarang sudah berubah menjadi jalanan beraspal yang seakan tak ada ujungnya.

Bangunan-bangunan baru juga sudah bermunculan hingga Leon lupa sebelumnya itu lahan apa? Apakah sawah atau hanya rumah-rumah warga?

Perjalanan menuju ke panti dari Bandara hanya sekitar satu jam dan saat ini ia sudah sampai di halaman luas panti asuhan Bunda. Untung saja tempat itu tepat berada di tengah kota walau letaknya sedikit masuk ke dalam sebuah gang.

"Terima kasih, pak!" ucap Leon setelah memberikan uang dan menyelinap keluar dari dalam taxi tersebut.

Sopir taxi itu mengangguk kemudian meninggalkan Leon yang masih berdiri menatap bangunan tua yang sangat familiar baginya. Tidak banyak yang berubah dari panti asuhan ini, pikirnya.

Ia berjalan dengan menarik kopernya di atas jalanan berpaving. Leon segera mengetuk pintu dan menunggu karena ibu panti sudah menjawabnya dari arah dalam.

Pintu berderit terbuka, memperlihatkan wajah tampan Leon yang tersenyum dan sangat mengejutkan ibu panti saat itu.

"Leon, Nak, kau ...!" ibu panti sampai tidak bisa berkata apapun lagi. Terkejut dan juga sangat senang. Apalagi yang bisa ia ungkapkan.

Leon membuka lebar kedua tangannya untuk menerima pelukan wanita yang wajahnya sudah mulai keriput itu.

"Oh, Leon!" ibu panti menghambur memeluk Leon dan memecahkan tangisnya di dada bidang anak asuhnya itu." Kau membuat jantung ibu terlepas Nak, kenapa kau tidak mengabari ibu terlebih dahulu?"

"Maafkan aku bu, aku ingin membuat kejutan untuk kalian!" kata Leon sambil terus memeluk ibu panti yang sudah seperti ibu kandung nya sendiri.

"Kak Leon!" seru seorang gadis berusia 20 tahun dengan wajah yang cemberut.

"Ah, kau sudah besar lia!" Leon memberikan senyumannya pada Lia yang berjalan mendekatinya.

Ibu panti melepas pelukan Leon dan menyeka air mata yang merembes keluar." Dia terus-terusan bertanya tentang dirimu, ibu sampai bingung menjawab bagaimana!"

"Dia memang gadis cerewet, ibu!" Leon mendekati Lia dan memeluknya." Maaf tidak mengabari dirimu!"

"Aku tidak akan memaafkanmu kak!" ucapnya sambil terisak.

Sangat mengharukan. Pulang ke rumah sendiri memanglah lebih baik daripada harus menumpang di rumah orang lain. Untung saja Leon bisa segera menyelesaikan sekolahnya dan kembali secepat mungkin.

Suasana seperti ini sangat ia rindukan. Masakan ibu panti, bermain bersama penghuni baru di panti dan juga bertemu Emily.

"Emily?" gumam Leon." Ibu, jangan katakan jika aku sudah ada di rumah pada Emily, aku akan menemuinya sendiri!"

Tangan ibu panti membawa segelas teh hangat dan menyerahkannya pada Leon." Ibu manut saja sama kamu. Apa kau tahu jika setiap hari dia ke sini untuk mencarimu dan ingin tahu kabarmu. Kau sudah seminggu tidak memberi kabar pada kami, aku saja sangat mengkhawatirkan dirimu Leon,"

"Maaf Ibu, aku hanya ingin memberi kejutan pada kalian saja!" Leon tertawa kecil kemudian menyesap teh hangat buatan Ibu Panti.

Ibu panti mengambilkan nasi beserta lauknya hingga memenuhi piring.

"Ibu, aku tidak makan sebanyak ini!" gerutu Leon saat tidak melihat tempat kosong pada piringnya.

"Anggap saja ini hukuman karena kau tidak memberi kabar pada kami seminggu ini!"

"Ibu?" Leon kembali tertawa kecil.

*

Leon sudah kembali ke kamar pribadinya. Ibu panti memang sudah memberikan kamar khusus untuk Leon sejak Leon memasuki usia sekolah menengah, karena sejak saat itu dia sudah mulai bekerja sambilan dan membutuhkan ketenangan untuk melakukan pekerjaannya dan untuk istirahat yang cukup.

Kecerdasan Leon memang sudah tidak diragukan lagi, karena itulah dia menjadi anak emas bagi ibu panti dan anak lainnya bisa memahami itu.

Di dalam kamar, Leon membongkar koper dan mengeluarkan isinya.

Beberapa kenangan dari Amerika seperti kaos, sepatu dan lainnya ia perhatikan sebentar. Mungkin ia akan rindu suasana Amerika suatu saat nanti dan berharap bisa kesana lagi dengan uangnya sendiri.

"Leon, bisakah ibu masuk?" teriak bu Panti dari luar kamar.

Leon segera berjalan ke arah pintu dan membukanya." Tentu boleh ibu, masuklah!"

Ibu panti berjalan dan duduk di tepi tempat tidur Leon." Maaf mengganggu istirahatmu Leon, tapi besok ibu akan pergi rapat ketua panti dan sepertinya ibu butuh waktu beberapa hari karena rapat itu berada di luar kota.

Mumpung kamu sudah datang, ibu titip panti ya! Ketahuilah, tanpa kamu ibu kerepotan sekali. Panti ini kecil dan pengurus lain juga sedang ada kesibukan, maaf kau baru datang tapi ibu sudah merepotkanmu!"

"Ibu tenang saja, aku akan menjaga panti ini untuk ibu."

Ibu panti mengangguk." Baiklah Leon, terima kasih ya, ibu keluar dulu!"

Triiing

Ponsel Leon bergetar dan menunjukkan nama Emily di sana membuat Leon tersenyum.

Setelah ibu panti sudah menutup pintu kamarnya rapat, Leon membuka pesan yang dikirimkan oleh Emily.

[Emily: Baiklah jika kau tidak mengabariku, aku juga tidak akan mengirim pesan kepadamu lagi]

Leon tertawa dibuatnya." Harusnya kau tidur, kemana mengirim pesan putus asa begini. Apa kau merindukanku?" gumam nya. Leon menutup ponsel dan membiarkan Emily berada di dalam kerinduannya.

Ia sengaja tidak membalas pesan Emily. Bagi Leon mengumpulkan kerinduan hingga bertemu itu akan lebih baik daripada hanya berbalas chat melalui ponsel saja.