Mobil lambo berwarna merah, dengan garis hitam yang mewah tersebut. Meluncur perlahan di atas jalan beraspal Ibukota Jakarta, menuju ke arah kosan Leyna. Malam hari ini udara terasa panas bagi Leyna, walau pun sesungguhnya dingin sekali. Apalagi dengan adanya AC, yang berada di dalam mobil Raiden saat ini. Mungkin karena suasana hati Leyna, yang sedang di rundung banyak permasalahan. Sehingga segala sesuatunya, terasa sangat tidak nyaman sekali.
"Raiden, tidak adakah hal lain, yang dapat aku bantu. Selain harus menikah denganmu? Maksudku, untuk mengganti perjanjian kita. Aku mau melakukan hal yang lain saja, tidak usah dengan sebuah pernikahan?" tanya Leyna sambil melirik ke arah Raiden, yang terlihat sedang bersenandung kecil. Mengikuti irama musik yang disetel, dari tape yang berada di dalam mobilnya.
"Apa Leyna? Kau ingin mengganti perjanjian kita, dengan yang lainnya? Sorry, aku tidak memiliki pengganti, mengenai perjanjian kita tersebut. Karena aku hanya membutuhkan, seorang pengantin perempuan saja!" jawab Raiden sambil tersenyum santai.
"Bagaimana jika kau cari saja, pengantin perempuan yang lainnya Raiden? Sedangkan aku, akan mengganti uang yang kau berikan kepada Ibuku tadi. Dengan bekerja sebagai pembantu, misalnya di rumahmu?" tanya Leyna masih nampak berusaha, agar Raiden mau mengubah perjanjian di antara mereka.
"Tidak bisa Leyna, lagi pula pembantu di rumahku sudah sangat banyak sekali. Kalau kau tidak percaya, nanti jika kau ke rumahku kau lihat saja. Lalu kau hitung, berapa jumlahnya," jawab Raiden sambil tersenyum, melirik ke arah Leyna. Wajah Raiden yang tampan tersebut, nampak sekali memperlihatkan kepuasan.
"Raiden memang lelaki yang sangat tampan, dan nampaknya sangat kaya raya. Menikah dengan lelaki seperti ini memang, barangkali impian semua perempuan. Tetapi jika dibalik semua kelebihannya itu, dia memiliki sebuah kelainan. Aku juga kan takut, dan bagaimana masa depanku nanti. Jika sebagai seorang perempuan, memiliki seorang suami hanya sebagai status sosial di masyarakat saja. Padahal kenyataan sesungguhnya aku masih perawan? Aduh, sampai kapan itu akan berlangsung? Apakah seumur hidup aku? Jika sampai seumur hidup, aku juga kan tidak mau. Karena aku juga kan sebagai seorang perempuan, ingin merasakan bagaimana rasanya berumah tangga. Dan yang terpenting, aku juga ingin tahu bagaimana rasanya. Memiliki seorang anak dan menjadi seorang Ibu," gumam Leyna di dalam hatinya, dengan perasaan kalut penuh dengan rasa ketakutan.
"Raiden baiklah, aku bersedia melanjutkan perjanjian kita itu. Tetapi sebaiknya harus ada batas waktunya, lagi pula tidak mungkin aku selamanya. Hanya menjadi istri yang mendampingimu, yang berfungsi sebagai status sosial saja. Aku juga ingin hidup normal seperti wanita lainnya, aku ingin berumah tangga pula. Dengan lelaki yang mencintai dan aku cintai, aku juga ingin memiliki seorang anak," tutur Leyna menyampaikan isi hatinya kepada Raiden. Mendengar perkataan Leyna tersebut, Raiden terdiam ssejenak kemudian akhirnya dia pun memutuskan.
"Baiklah kalau begitu Leyna, aku akan memberikan waktu kepadamu selama satu tahun saja. Menjalankan perjanjian kita, setelah itu kita akan bercerai kembali. Selanjutnya kau bisa menjalani kehidupanmu, seperti biasanya lagi," ujar Raiden sambil tersenyum tipis, ada sedikit pancaran mata yang mengguratkan kesedihan. Pada saat Raiden, mengucapkan kalimat tersebut.
"DEAL! Kalau begitu, aku setuju mengenai hal tersebut Raiden!" seru Lena dengan raut wajah nampak bahagia sekali.
Melihat hal tersebut Raiden seketika mengerutkan keningnya, dan merasa menyesal sekali. Mengucapkan kalimat, yang baru saja diucapkannya tadi. Sepertinya saat ini Raiden merasa, sedang menjalankan strategi yang salah.
"Hufff, sial!" maki Raiden di dalam hatinya, dengan kesal dan penuh penyesalan.
Tetapi Raiden adalah seorang lelaki yang sejati, sehingga dia harus memegang teguh setiap kata. Yang sudah keluar dari mulutnya, berarti dia harus memenuhi perkatanya tersebut terhadap Leyna. Bahwa pernikahan di antara mereka, hanya akan berjalan satu tahun. Setelah itu mereka berdua, akan kembali berpisah.
Raiden melirik sedikit ke arah jam tangan, yang dikenakan di tangan kirinya. Ternyata tanpa terasa saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Akhirnya mobil yang dikendarai Raiden pun, berhenti di ujung gang kecil yang menuju ke arah kosan Leyna berada. Leyna pun segera bersiap, untuk segera keluar dari dalam mobil.
"Terima kasih untuk makan malamnya tadi Raiden, sekarang aku pulang dulu ya!" pamit Leyna sambil tersenyum tipis.
Kali ini raut wajah Leyna, memancarkan guratan kebahagiaan. Karena perjanjian di antara dirinya dan Raiden, mengenai pernikahan tersebut. Ternyata masih ada titik celah, yang membuat dirinya akan kembali. Menerima kemerdekaan hidupnya, karena dia dan Raiden hanya akan menikah selama satu tahun. Setelah itu segala sesuatunya, akan kembali menjadi normal dalam kehidupannya.
"Baiklah, terima kasih juga untuk malam ini Leyna. Oh ya, besok aku akan menjemputmu pulang mengajar. Karena kita akan pergi ke wedding organizer, untuk mempersiapkan pernikahan kita tersebut. Aku juga meminta foto copy KTPmu, untuk mengurus berkas pernikahan kita di KUA nanti. Pokoknya mengenai segala sesuatunya, biar aku saja yang mengerjakannya. Jadi kau tinggal duduk manis saja, sebagai seorang pengantin perempuan. Jam berapa kau pulang mengajar besok Leyna?" tanya Raiden sambil tersenyum.
"Secepat itu Raiden?" tanya Leyna nampak sangat terkejut sekali.
"Ya tentu saja, apalagi harus ditunggu Leyna? Lagi pula aku memang Ingin secepatnya, menyandang status sebagai seorang suami tersebut. Apakah kau ada masalah, dengan hal itu?" tanya Raiden sambil tersenyum menggoda.
"Oh iya, aku tidak ada masalah mengenai hal tersebut Raiden, memang semakin cepat semakin baik. Sehingga tahun depan berarti aku sudah bisa, menjalankan kembali kehidupanku seperti sediakala lagi. Tetapi aku kan belum membicarakannya, kepada Ibuku dan juga Gendis. Mengenai hal tersebut, maksudku mengenai pernikahan kita," jawab Leyna.
"Ya sudah kalau begitu, kapan kau libur? Apakah pada saat Sabtu dan Minggu nanti? Berarti pada hari itulah, kita akan pergi ke rumah Ibumu untuk meminta izin kepada beliau. Jam berapa besok kau pulang mengajar Leyna?" tanya Raiden lagi.
"Aku seperti biasa pulang mengajar jam satu siang," jawab Leyna.
"Baiklah kalau begitu, nanti aku akan menjemputmu jam satu siang. Setelah itu kau jangan lupa, untuk bersiap pada keesokan harinya. Karena kita akan pergi ke kampungmu, untuk meminta restu kepada Ibumu. Atas pernikahan kita nanti," tutur Raiden menjelaskan rencana mereka.
"Ba-baiklah!" jawab Leyna singkat.
Dengan nada suara yang terdengar agak ragu dan bingung, karena segala sesuatunya terasa begitu cepat. Juga bagaikan sebuah mimpi saja bagi Leyna saat ini.
"Sebagai seorang perempuan, mas kawin apa yang kau inginkan. Pada saat pernikahan kita nanti Leyna?" tanya Raiden sambil menatap lekat, dengan pandangan mata penuh rasa cinta kepada Leyna. Tanpa sadar Leyna pun balik menatap kearah Raiden, seketika itu pula jantung Leyna berdegup dengan sangat kencang sekali.