Dengan perlahan, Tara melangkah mendekat ke Rafael. Hingga tak enimbulkan suara langkah kaki. Saat sudah berdiri tepat di depan ranjang sang ayah, Tara berlutut, mensejajarkan tubuhnya di hadapan Rafael.
Dengan sangat pelan, dia mengambil bingkai foto yang berada dalam rengkuhan sang ayah. Setelah itu, dia melihat postret Bunda menggendong Raka kecil, di sebelahnya ada Tara dengan senyum lebarnya memperlhatkan gigi depannya yang ompong akibat jatuh dari sepeda ketika usianya 6 tahun. Semua memori itu masih teringat jelas dalam otaknya dengan baik.
Lantas tara meletakkan bingkai itu pada tempat semulanya, di atas nakas. Dia kini menatap sang Ayah yang tertidur. Tapi tidak, Ayahnya tidak tidur. Dia menyentuh tubuh Ayahnya yang bergetar, menempelkan punggung tangannya pada kening sang Ayah. Tubuh Rafael panas, Ayahnya sedang demam.
"Ayah," ucapnya sambil menggoncang tubuh Rafael.
