(Halloa semua, cerita ini sudah bisa dibaca ya karena author sudah merevisinya. Thankyou yang sudah sabar menunggu.)
****
Atmosfer di meja besar persegi divisi desain terasa mencekam, tak satu pun dari anggota rapat berani membuka suara bahkan membuka mulut untuk bernapas sekali pun, termasuk Kiya. Meskipun dia ingin sekali memaki maki Raka atas kejadian semalam -yang lancang menciumnya tanpa permisi lalu pergi meninggalkan Kiya- tetapi untuk kali ini pengecualian dan sebisa mungkin dia tahan semburan amarah tang berkobar dari dalam diri.