Mira menelan salivanya, selama ini dia berusaha mengalihkan perhatian laki-laki itu agar tidak lagi mengungkitnya. Namun tiba-tiba, Raka menjadi ingin tahu lagi.
"Kamu tahu kan kalau dokter bilang kamu nggak boleh memaksakan diri untuk mengingat itu. Kamu masih dalam perawatan, dan bahkan akhir-akhir ini kamu lagi sakit kepala terus. Kamu udah mulai inget tentang sahabat kamu, kampus kamu, dan penggalan lainnya pasti mengikuti kok." Mira menenggak minumannya, demi menghilangkan gugup yang luar biasa dia rasakan sekarang.
"Tapi, kenapa aku nggak pernah bisa mengingat Kiya, semua perbuatan dia yang kamu bilang jahat. Di saat aku coba ingat, kepala aku malah sakit, ini benar-benar menyiksa aku, Ra." Raka merasa begitu asing dengan hidupnya sendiri, namun jika bersama Kiya maka dia begitu familiar, semua di diri perempuan itu terasa begitu di kenalnya, mulai dari sentuhan hingga tatapan matanya.
