*****
Perempuan itu beranjak ketika telah mendapat anggukan kepala dari Kiya, hingga akhirnya Bi Anah berjalan perlahan keluar daru ruangan, meninggalkan Kiya dan Raka berdua di sana.
Kiya menatap mata Raka yang tertutup rapat, alat bantu pernafasan membuat wajahnya tidak dapat terlihat sempurna, selang-selang yang Kiya tidak tahu kegunaannya apa terlihat menembus kulit-kulit di tubuh Raka membuat hati perempuan itu ikut ngilu melihatnya.
"Sakit ya, Rak?" tanya perempuan itu seolah-olah Raka bisa mendengar dan menjawab pertanyaannya. Air mata mengalir begitu saja dari ujung matanya.
Kondisi Raka betul-betul mengerikan, hampir seluruh tubuhnya dililit perban, suara pendeteksi detak jantung membuat suasana di ruangan itu entah kenapa malah semakin terasa sunyi.
Kiya mengulurkan tangannya menyentuh punggung tangan Raka yang tak tersentuh selang-selang itu.
Dingin, hampa dan sunyi.