Emily POV
Genggaman tangannya mulai mengendur, dengan lembut dia mengambil tubuhku dan mendekapnya di depan dadanya. Seperti biasanya dia membelai rambutku dengan lembut dan seperti biasa pula aku merasa nyaman atas perlakuannya ini.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal bodoh seperti itu. Aku sangat heran bagaimana bisa kau punya pikiran seperti itu. Asal kau tahu, Emily. Tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku, tidak ada seorang pun. Hanya satu permintaanku padamu, tolong percayalah padaku."
Aku melepaskan pelukannya, aku yakin wajahku sekarang pasti sedang cemberut. "Kenapa kau mengatakan itu pada Fredert?"
"Mengatakan apa?"
"Kau bilang padanya aku ini temanmu kan, ketika aku meneleponmu waktu itu?"
"Oh, itu ... Hahaha… apa karena itu kau marah padaku dan mengabaikanku?"
Seketika aku jadi gelagapan karena tertangkap basah telah cemburu pada Fredert. "Te-tentu saja. Aku yakin kalau kau jadi aku, kau juga pasti marah."