Hari ini, Arkan sengaja meminta Angela untuk bertemu sebentar di restoran tempat mereka pertama kali bertemu. Ia mulai menunggu kedatangan wanita berparas cantik itu. Diliriknya arloji yang melingkar di tangan kiri. Ternyata sudah menunjukkan jam lima sore lebih.
Arkan baru saja pulang dari kantor dan langsung ke sini. Semoga saja, Angela mau datang untuk memenuhi panggilannya. Tiba-tiba, matanya memandang fokus pada seorang wanita yang berlenggak-lenggok masuk ke dalam restoran. Baju yang dipakai pun terkesan seksi hingga menonjolkan beberapa bagian anggota tubuh. Arkan sangat terpesona oleh kemolekan tubuhnya. Siapa lagi kalau bukan Angela, wanita yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi.
"Hai," sapa wanita itu dengan ramah.
"Hai juga."
"Maaf kalau aku agak telat, ya. Soalnya tadi agak sibuk bentar."
"Tidak papa kok. Santai aja."
Betapa senangnya hati Arkan, karena Angela mau datang kemari. Ia terus menatap wanita itu tanpa berkedip. Merasa ditatap seperti itu oleh Arkan, Angela juga balas menatapnya.
Mereka berdua saling berpandangan satu sama lain. Pria itu tak pernah bosan menatap Angela. Siapa yang tak terpikat oleh pesona wanita ini, sudah cantik, putih mulus, dan juga berlesung pipi.
Tanpa berlama-lama lagi, Arkan mengangkat tangannya untuk memanggil seorang pelayan restoran. Pelayan itu mendekat lalu menyodorkan buku menu. Setelah pesanan dicatat, Arkan dan Angela terlihat menunggu.
"Makasih ya udah ngajakin aku makan di restoran ini," ucap Angela.
"Harusnya aku dong yang berterima kasih karena kamu mau datang kemari." Arkan tersenyum ke arah wanita itu.
Angela tampak malu-malu saat menatap Arkan. Pria di depannya ini terlihat gagah dan manis. Lama-lama ia jadi terpikat oleh pesona pria itu.
Beberapa saat kemudian, makanan yang telah mereka pesan akhirnya datang juga. Pelayan menyajikan semua makanan itu di atas meja selagi hangat.
Arkan mempersilakan pada wanita itu untuk menyantap makanan yang sudah tersaji. Angela tampak malu-malu ketika ditatap olehnya. Arkan tak bisa menampik, bahwa kecantikan lawan jenis di depannya ini memang memukau. Mungkin semua pria akan bertekuk lutut di depan Angela.
Mereka saling mencuri pandang. Angela tak mengetahui bahwa Arkan sudah mempunyai istri dan anak perempuan. Rahasia ini akan Arkan simpan dengan erat. Rany juga tak boleh mengetahui bahwa ia sudah bermain api di belakang.
"Oh ya, mau ga setelah makan nanti aku ngajak kamu jalan-jalan?"
"Boleh kok. Emangnya mau ke mana?"
"Ada deh. Rahasia. Nanti kamu tahu sendiri." Angela mengangguk tanda setuju.
Hari ini ia akan jalan-jalan bersama dengan Arkan. Entah akan ke mana pria itu akan membawanya. Namun, yang jelas Angela merasa senang hari ini. Semoga saja perasaannya ini akan berbalas.
***
"Ngel, kamu mau belanja apa aja terserah di sini. Nanti aku yang bayarin."
"Kamu serius nih?" tanya Angel.
Mereka berdua sedang ada di salah satu mall mewah. Tak tanggung-tanggung lagi Arkan menyuruhnya untuk belanja sepuasnya di sini. Sayang sekali kalau kesempatan emas ini dilewatkan begitu saja. Mumpung ada ATM berjalannya sekarang.
"Iya, aku serius. Ambil aja apa yang kamu mau."
Angela terlihat senang. Arkan memang sengaja melakukan hal ini untuk mendapatkan perhatian dari wanita berparas cantik itu. Ia ingin memiliki Angela seutuhnya.
"Makasih ya." Angela tersenyum lebar kepada Arkan.
Mereka berjalan bersisian. Angela tak sungkan untuk menggamit lengan Arkan dengan erat. Pria itu terlihat salah tingkah. Layaknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara, mereka ingin selalu berdua.
Wanita itu sedang memilih-milih dress yang akan dibeli dan memperlihatkannya pada Arkan. Pria itu tersenyum manis padanya. "Bagus ga?" Angela bertanya pada Arkan dengan seraut wajah yang ceria.
"Bagus dong. Cocok sama kamu."
Angela merasa bahwa Arkan sudah tertarik padanya. Terbukti dengan cara pria itu menatapnya seperti ini. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Menimbulkan debaran-debaran penuh cinta di hati keduanya.
"Ayo, kita lihat-lihat yang lain lagi." Arkan mengajak wanita itu setelah mengambil beberapa lembar dress mini.
"Ini saja sudah cukup," ujar Angela.
"Kamu ga mau lihat-lihat yang lain? Misalnya sepatu atau apa."
"Ga usah deh. Kamu udah beliin aku dress ini aja banyak banget, harganya mahal lagi," ujar Angela yang tak enak hati.
"Yakin nih?" Arkan meminta kepastian pada Angela. "Ga usah malu-malu sama aku. Kalau kamu mau lagi, gapapa."
Angela merasa sudah cukup dibelikan dress sebanyak ini. Ia sangat berterima kasih pada Arkan. Setelah itu, mereka berdua melangkah menuju ke kasir untuk membayar.
Arkan mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celana. Pria itu mengambil sebuah kartu kredit. Di dompet itu banyak berjejer ATM. Mata Angela terperangah melihatnya.
'Wah, ga salah pilih nih. Pria ini rupanya tajir melintir.'
Angela tersenyum menyeringai. Keinginannya untuk mendapatkan Arkan menjadi kekasihnya semakin besar. Ia akan melakukan segala cara untuk menggait pria ini.
"Makasih ya, kamu baik banget deh udah bayarin belanjaan aku sebanyak ini." Angela sengaja bersandar manja di pundak Arkan.
Arkan sangat gugup saat Angela bersandar di pundaknya seperti ini. Debaran di jantungnya kian meronta-ronta. Wanita itu telah berhasil mencuri hatinya.
"Sama-sama, Ngel. Aku antar kamu pulang, boleh kan?" Arkan meminta kepastian Angela. Ia ingin mampir ke rumah wanita itu.
"Boleh. Lagian kan tadi aku naik taksi doang ke sini."
"Ya sudah, sekalian aku pengen kenalan sama orang tua kamu juga nih."
Aksi Arkan berhasil membuat Angela tampak tersipu malu. Pria itu telah meluluhkan hatinya. Ia memang sengaja melakukan hal seperti ini.
"Ya udah, iya, boleh banget kok. Jarang-jarang loh, aku bawa cowok ke rumah."
"Oh, serius? Apa iya nih?" Arkan memandang ke arah Angela penuh selidik.
"Iya, serius. Gini-gini nih, aku tipe wanita setia. Ga banyak punya gebetan."
Alhasil, Arkan tampak bersorak kegirangan. Tak sabar rasanya ingin bertemu dengan kedua orang tua Angela di sana. Ia segera mengajak Angela masuk ke dalam mobil dan mereka berdua segera berangkat.
Saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil, tiba-tiba saja Arkan berucap sesuatu yang membuat Angela tampak terperangah. "Ngel, kalau aku mau mengajakmu untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Apa kamu mau?" tanya Arkan yang sukses membuat wanita di sampingnya melebarkan mata.
"A–apa? Kita kan baru awal kenal?"
"Iya, memang. Tapi, aku merasa sangat nyaman sama kamu. Aku ga mau kehilangan kamu, Ngel. Kamu percaya kan, cinta pandangan pertama?"
Pipi Angela kini bersemu merah. Arkan membuatnya meleleh seketika oleh perlakuannya itu. Tak tanggung-tanggung lagi pria itu ingin mengajaknya berhubungan yang lebih serius lagi.
"Iya, aku percaya cinta pandangan pertama itu memang ada."