Beribu-ribu pertanyaan muncul dalam benakku, ingin rasanya aku mencecar Tasya dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
"Iya, Haura. Iya, memang aku dalang di balik semua ini. Aku emang sengaja ngelakuin itu semua. Kamu tau kenapa, Ra?" tanya Tasya, dia sengaja membuatku merasa sangat penasaran.
Aku tidak menjawab, hanya saja aku menatapnya nanar dengan mataku yang berurai air mata.
"Karena aku benci sama kamu." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Tasya. Seolah dia sama sekali tidak memiliki hati nurani. Pertanyaan yang sama selali berkeliaran di dalam benakku. Siapa sebenarnya sosok Tasya. Selama ini aku selalu merasa bahwa anku lah orang yang paling mengenal Tasya. Tapi apa? Rupanya selama ini aku hanya tertipu oleh sifat manisnya Tasya. Dia seperti memakai sebuah topeng tebal yang menutupi seluruh kebusukannya.