Terdengar pintu di ketuk lagi sedikit lebih kencang.
"Mamah, aku Atut," teriak Evans yang sudah menangis, sepertinya dia mengalami mimpi buruk hingga terbangun seperti itu.
"Iya … Nak, tung–ah, –gu sebenta–aaahhh," jawab Nindy.
"Dev, ah …," Nindy tak mampu berkata-kata lagi, dia ingin mengehentikan Devan. Tapi percuma Devan tidak akan berhenti sampai dia merasa puas. Di sisi lain, Nindy juga sangat khawatir pada Evans yang tangisnya terdengar semakin kencang.
Evans, anak kecil itu tidak tahu bahwa orang tuanya sedang melakukan sesuatu yang nikmat dan terasa tanggung jika di hentikan sebelum mencapai puncak kenikmatan. Maka dari itu, dia menangis sejadi-jadinya di depan pintu kamar mamahnya sambil menggedor-gedor pintu.
"Mamaaah, mamah," berkali-kali Evans memanggil mamahnya tapi pintu tak kunjung di buka. Pada barusan dia sempat mendengar suara sang mamah dari dalam.