"Nay, kamu makin cantik kalau lagi marah kayak gitu," puji Devan.
"Enggak lucu ya, Devan!" bentak Naya. "Pokoknya gue gak mau jadi asisten pribadi Lo, titik!" sambungnya.
Alih-alih menjawab, Devan justru malah semakin mendekat kepada Kanaya, membuat gadis itu harus mundur beberapa langkah.
"Nay …," panggil Devan dengan wajah yang penuh pesona.
Jantung Kanaya kembali berdegup semakin kencang saat Devan sudah sangat dekat dengannya. Bahkan dia pun tidak bisa lagi mundur karena sudah mentok ke tembok.
Kemudian, Devan mengurung Kanaya dengan kedua tangannya yang sengaja dia letakan ke tembok, sehingga membuat Kanaya berada di tengah-tengah tangannya.
Hembusan napas Devan yang khas berbau mint itu tercium sampai ke hidung Kanaya. Gadis itu harus menahan napas berkali-kali karena jarak di antara keduanya sudah begitu dekat hingga tak ada sekat barang satu inci pun.