~Kamar 22.50
Aku menghempaskan tubuhku kasar keatas kasurku, bahkan aku langsung mengunci pintu kamarku agar tidak ada yang mengangguku. Entah itu nenek atau sikembar akan selalu memintaku menceritakan bagaimana suasana pesta setiap kali aku pulang dari pesta. Tapi kali ini mood ku benar-benar hancur, dan aku tidak ingin diusik. Keadaan dan duniaku berubah 180 derjat. Seperti kayang dan jungkir balik terjadi dalam satu waktu di hidupku. Aku menghembuskan nafas kesal ketika fikiranku kembali membayangkan kabar yang dikatakan Pak Ling tadi di lokasi pesta.
Flashback ON
Aku menghampiri Pak Ling dan keluarganya, kemudian dengan sopan memberi salam hormat kepada keluarga Pak Ling. Pak ling lalu memintaku untuk duduk disalah satu kursi yang masih kosong. Ia berbasa-basi kepadaku terlebih dulu dengan menanyakan apa aku menikmati pesta, tentu saja aku menjawab kalau aku menikmati pesta, padahal aku sudah muak dengan pesta seperti ini sampai rasanya, aku ingin memuntahkan seluruh isi perutku.
"Ona, kau pasti sudah banyak mendengar tentang Noah dariku. Mulai Lusa, Noah akan menggantikan diriku bekerja dikantor. Aku sudah terlalu tua bukan? sudah saatnya aku istarahat dan menghabiskan waktuku bersama istriku ini" ucap Pak Ling memeluk mesra ibuk Anna. Aku hanya bisa tersenyum pasrah "Baik pak" jawabku tegas. "Noah, ini Ona, dia sekretaris andalanku. Dia sudah melakukan banyak hal untuk perusahaan, jadi aku harap kau bisa bekerja sama dengannya. Begitupun dirimu Ona" ucap Pak Ling. aku langsung memberi salam hormat kepada Pak Noah
"Kek? kenapa sekretaris kakek wanita muda? setauku wanita muda itu ceroboh. Mereka masih memikirkan dunia mereka seperti make up, shoping atau lain halnya. Sayangku Noah, kamu cari saja pengganti Sekretaris saja, wanita yang lebih dewasa. Aku yakin pekerjaan wanita yang lebih dewasa itu lebih baik dan efektif" sahut Istri Noah tiba-tiba. Aku terperangah menelan kasar salivaku
"hahahaha, Rosie, kau hanya tidak tau bertapa cerdasnya sekretaris kakek ini, bukan begitu Chen?" jawab Pak Ling dan melihat kearah Pak Chen. Jujur saja aku hanya bisa terdiam kaku, sungguh tubuhku bergetar merasakan sensasi baru seperti ini. Ini sama artinya dengan pekerjaanku terancam punah kan?
"hahahah Ona, jangan tegang begitu. Rosie ini tidak terlalu tau soal perusahaan. Dia tidak terbiasa dengan lingkungan perusahaan. Kakekmu benar, Ona itu wanita yang pekerja keras. Sudah banyak keberhasilan yang diraih Ona dan Kekekmu" jawab Pak Chen membujuk istri Noah. aku langsung menghela nafas lega. Mendengar jawaban itu istri Noah yang bernama Rosie si wanita tidak ada akhlak ini malah memanyunkan bibirnya kesal. Jalang yang bersikap manja seperti anak kecil
"Menantuku hanya mencoba menjadi kritis" bela nyonya elisa tersenyum pada Rosie, seperti orang tua yang sedang membujuk anaknya untuk tidak merajuk. Noah memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepala? apa yang dia lihat. aku manusia masih utuh, punya mata, kaki, tangan hidung apalagi. "Baiklah, aku harap kita bisa bekerja sama" jawab Noah tersenyum padaku. "Baik pak" ucapku canggung. sementara setan disebelahku sudah mengutuki situasi ini, mengapa baru sekarang?setelah aku benar-benar nyaman bekerja dengan Pak Ling. Karena secara tidak langsung aku terkadang bisa bercerita dengan Pak Ling seperti anak dan ayah
Flashback off
Argghhhhh, apa aku harus mengirim santet kerumah Noah agar dia sakit dan tidak jadi bekerja diperusahaan, tidak itu ide gila. ahh aku menjadi korban dari film horor yang berjudul 'boneka Voodoo'. Masih kesal aku membuka gaunnku dan membuang gaunnku ke sembarang arah, aku mengganti bajuku dengan piyama tidur dan membiarkan bajuku masuk kedalam celanaku.
Aku hanya mencuci mukaku dengan facial wash dan tidak melakukan skincare malam seperti yang biasa aku lakukan, mengapa? ya karena aku sedang kesal. Nyamuk saja lewat kumakan daripada darahku dihisapnya, memangnya tubuhku ini wadah tempat mencari nafkah.
Aku merogoh ponsel dari dalam tas pestaku tadi, mencari no Karin dan menelfonya "Hallo, karin?" ucapku terdesak saat karin mengangkat telfon. "Iya, kenapa sih? suaranya mendesah berat gitu?" tanyak Karin dengan ucapan yang tidak jelas "kamu lagi makan?" balasku bertanya. Karin mengatakan ia kesulitan berbicara karena masker diwajahnya sudah kering, saat itu aku langsung menceritakan hal yang aku alami dipesta.
Sontak karin berteriak kaget dan tidak peduli dengan masker wajahnya yang sekarang sudah pasti retak "Aghhhh kan aku udah bilang Ona, kabar itu bener dong. Wahhh seru nih. Tiap hari ada vitamin dikantor" oceh Karin. aku menghembuskan nafas kesal "Vitamin apaan?" tanyaku bingung
Karin tertawa bahagia, apa dia lupa dengan masker wajahnya "Vitamin dong, kan tiap hari bakalan liat wajah tampan Noah. Bayangin itu mata bakalan lihat keindahan makhluk tuhan tiap hari Ona" ucap Karin memuji-muji ketampanan Noah.
Aku memutar bola mataku malas "Dia tidak setampan yang kau fikirkan. ada janggut halus didagunya, seperti pria gagah yang terlalu dewasa, raut wajahnya tegas, rambutnya klimis dan dagu yang runcing itu, arghh mengelikan" aku mengejek Noah. aku fikir Karin akan setuju denganku, ternyata "Ahhhh maco sekali. aduhh duh duhh aku nggak kuat Ona. kapan bulan berganti dengan matahari, mata genitku sudah tidak sabar melihat Noah" oceh karin semakin menjadi-jadi
"ahh udahd eh, maskermu gimana?" tanyaku, sontak Karin terdiam. sepertinya ia pindah kesuatu tempat "Oh tuhan, Ona sudah dulu ya maskerku sudah retak semua. wajahku bisa berkerut kalau seperti ini. kamu sih malah kasih kabar disaat yang tidak tepat" Karin menyalahkanku dan mematikan telfonku begitu saja, "hallo? hallo. karin?" ucapku, tapi panggilan itu sudah terlanjur mati
aku kembali berteriak frustasi, sampai seseorang mengetok pintu kamarku "Ona? sayang? kamu kenapa?" tanya mamaku. aku langsung menutup mulutku "enggak ma, ada kecoa" ucapku beralasan. "Boleh mama masuk?" tanya mamaku dengan hati-hati. aku melangkah kepintu dan membuka pintu kamarku, mamaku tersenyum dan masuk kedalam kamarku "kenapa ma?" tanyaku bingung. Wajah mamaku terlihat lelah
Ia menarik nafas dalam, lalu menatapku sayu "Kamu? kamu baik-baik aja kan nak?" tanya mamaku. aku mengernyitkan keningku bingung "Ona baik-baik aja ma. kenapa?" aku masih belum paham arah pembicaraan ini "mama ada masalah?" aku memegang pundak mama. Mamaku menatapku lekat "mama, mama disindir nenekmu. Kamu ada rencana untuk menikah?" mamaku terlihat ragu saat mengatakan hal ini.
Sontak aku menghela nafas berat, bulu remangku sampai berdiri mendengar pertanyaan ini. Aku seperti berjalan diatas bara api, terasa panas tapi tidak menyakitiku, Karena aku tau mama bertanya ini untuk kebaikanku juga "ma? ona nggak kepikiran itu. Ona mau fokus ke keluarga ma. sikembar juga masih sekolah kan ma. Toko roti kita juga nggak setiap hari laku, kadang juga sepi. Lagipula aku nggak niat dekat sama siapapun ma" jawabku tersenyum halus. Mama mengusap pucuk kepalaku "yasudah, mama ngerti kok. kamu istirahat ya" ucap mamaku, dan berlalu pergi keluar dari kamarku. Aku tidak mau menikah