Chapter 3 - Duniaku

Leona POV

Ketika beberapa orang terbangun dari tidurnya dengan bunyi Alrm, atau dibangunkan oleh orang lain, tidak denganku. Aku tersadar dari mimpi yang bahkan terkadang buruk dengan kebiasaan setiap pagi dari nenekku. Kebiasaan bahwa nenek menyalakan Tv, mencari saluran berita dan membuat volume Tv menyala cukup keras. Sanggup membuatku terbangun yang memiliki kamar dilantai dua rumahku.

Sudah menjadi rutinitasku bangun sepagi ini, Ya memang inilah periuk nasiku. Bangun lebih awal agar aku bisa berdandan layaknya seorang sekretaris sebelum berangkat bekerja. Aku lebih nyaman memakai blouse klasik sebagai atasan, dan rok span pensil sepanjang lutut sebagai bawahan. Jelas blus aku masukkan kedalam rok, dan memberi ikat pinggang dengan ukuran talinya tidak terlalu besar.

Riasan diwajahku hanya berupa cushion biasa, sedikit mascara pelentik bulu mata. Aku membuat alisku senatural mungkin dan mengucir rambut hitam lurusku yang panjangnya ditengah-tengah pinggangku. Lip kesukaanku warna peach carol yang sampai saat ini masih menjadi warna andalan. Membuat wajahku yang berkulit kuning langsat ini lebih fresh. Bisa kukatakan aku tidak putih, namun juga tidak hitam. Netral kurasa.

Banyak pria yang memujiku karena bagian diwajahku terlihat memabukkan, yah mereka sering mengatakan bibirku seperti Angelina Jollie dan lesung pipiku seperti Shin Min Ah. Meskipun begitu bagiku itu hanyalah penilaian para lelaki yang memandangku karena nafsu akan fisikku. Jadi tidak ada yang terlalu istimewa.

"Aku tidak betah lagi dengan makanan ini" teriak nenekku yang sudah menyapa pendengaranku ketika aku turun dari tangga, berniat menghampiri meja makan. Kudapati riko dan roki sudah terlebih dulu memakan sarapan mereka, sementara ibuku masih membuatkan sarapan bagianku.

"Pagi semuanya" sapaku, meskipun aku sudah melihat wajah masam dari nenekku. Sikembar hanya tersenyum sembari tetap melanjutkan sarapan mereka.

"Ada apa kali ini?" ucapku melirik nenekku.

"Nenek tidak suka makanan ini lagi. Nenek rindu makanan Indonesia" protes nenekku. Bertahun-tahun hidup di negri orang tidak cukup membuat nenekku terbiasa.

"Makan saja, yang penting ibu kenyang" ucap ibuku meletakkan sepiring sarapanku. Telur dadar yang dihancurkan, dua buah roti panggang dan salad. Sedikit saus disudut piring.

"Menantu macam apa kamu? Mama ingin makan KUPAT TAHU GEMPOL" teriak nenekku protes.

"Kami berangkat" sahut sikembar, memenuhi mulut mereka dengan sarapan terakhir, meneguk kasar segelas susu, dan berlalu pergi. Terlihat jelas mereka sudah lebih dulu menghindar. Mengapa? Karena sebentar lagi akan ada perang dunia antah barantah.

"Ma? Nggak mudah cari bahan itu disini, semuanya mahal. Mama makan saja apa yang ada, jangan kayak anak kecil" protes ibuku.

"Kamu dari dulu memang seperti ini, tidak pernah menurut maunya mama."

"Aku udah coba yang terbaik buat selera mama, setiap pagi selalu ini yang diperdebatkan."

"Pantas saja marcel selingkuh dengan wanita lain."

"Iya ma iya, dia mencari yang lebih baik dari saya, kenapa mama nggak ikut wanita itu saja ma." bentak ibuku lebih kesal.

Jangan tanyakan apa yang aku lakukan? apalagi kalau tidak menyumbat telingaku dengan earphone, mendengarkan lagu klasik andalanku dan menikmati sarapanku. Bukan aku tidak peduli, tapi jika sudah dihadapkan pada permasalahan yang selalu sama, perdebatan yang selalu sama, aku sudah sampai di titik LELAH dan MUAK untuk mendengarkan.

"Aku berangkat" ucapku usai menghabiskan sarapanku, mencium kening ibuku dan nenekku bergantian lalu berlari keluar rumah. Terlepas dari pintu rumah aku menghirup udara kasar, seakan-akan aku terlepas dari penjara berhantu. Motor meticku sudah menantiku, bersiap mengantarkan tubuhku menuju kantor.

********

"Pagi, heyyy pagi, yuupp morning grisella" sapaku menyapa setiap karyawan yang berpapasan denganku. Terkadang aku menyapa mereka dengan bahasa Indonesia jika itu orang Indonesia, dan terkadang dengan bahasa singapur.

"Pak Ling sudah datang?" tanyaku kepada Karin ketika sampai diruanganku. Karin merupakan staff dibagianku. Masih ada beberapa anggota lagi selain dia. Sementara pak ling yang kumaksud adalah bosku. Lebih tepatnya CEO perusahaanku.

"Sudah buk, ada didalam" jawab Karin. Aku melirik kearah ruangan yang ada didepan ruanganku.

"Bawakan bunga yang kusuruh beli kemaren" ucapku. Karin mengangguk dan mengambil sebuket bunga dan memberikannya padaku. Sepatu hak tinggiku menciptakan irama dilantai kantorku ketika aku berjalan menuju ruangan bos ku.

"Selamat ulang tahun pak, semoga harimu menyenangkan" sapaku dan meletakkan bunga diatas mejanya. Pria berumur 57 tahun itu tersenyum hangat menyambutku.

"Kau selalu sempurna untuk setiap hal, aku bahkan sudah melupakan ulang tahunku ona" jawab pak ling dengan nada suara kebapak annya. Benar, dia terkenal ramah. Tapi tidak jika kecewa. Itulah mengapa aku menuntut diriku sendiri untuk perfect dalam melakukan pekerjaan.

Pernah aku membuatnya kecewa, itu ketika tahun pertama aku bekerja, alhasil gajiku dipotong cukup besar dan aku disuruh belajar banyak hal. Meskipun pada akhirnya aku tau itu untuk kebaikanku.

"Bapak sudah sarapan?" tanyaku seperti biasa.

"Sudah, bagaimana dengan berkas yang kemaren? Sudah kau perbaiki?"

"Sudah pak, apa perlu saya ambilkan?."

"Tidak usah, aku percaya padamu. Ona kau sudah cukup lama bekerja denganku, kepintaranmu yang membuatku tertarik. Tidak bisa kupungkiri perusahan realestat ku ini berjalan baik dari seorang pak tua ini juga karena bantuanmu"

"Ah tidak juga pak, saya yang belajar banyak hal dari bapak"

"Hahahah kau terlalu pandai berbicara. Aku ingin kau merubah dekorasi ruanganku, ganti semua warna lebih soft, yang cocok dengan anak muda."

"Bapak bosan dengan dekorasi ini?"

"Iya, lakukan saja."

"Baik pak." ucapku tersenyum manis dan keluar dari ruanganya.

"Karin ikut aku membeli beberapa hal yang kurang" ucapku membawa karin, dengan skill dan modal feeling aku melakukan pekerjaanku.

Cukup lama aku mondar-mandir mencari barang yang menurutku pantas untuk dijadikan dekorasi. Mall terbesar di singapur sudah terlalu sering aku jajaki. Bukan karena keperluanku, melainkan keperluan bosku. Entah mengapa seleraku selalu cocok dengan selera pak Ling.

"Ona, aku dengar Pak ling akan digantikan ya?" tanya karin di sela-sela kami mencari barang.

"Hah? Siapa yang bilang? Aku nggak dapat kabar tuh" jawabku, beginilah aku dengan dia jika diluar kantor. Berbicara layaknya teman. Lain halnya dengan didalam kantor.

"Kamu sekretarisnya aja kok nggak tau? udah banyak staff sama kepala bagian lain ngomong loh. Pak ling katanya mau digantikan cucunya memimpin perusahaan" cerita karin antusias.

"Nggak mungkin, kalau ada hal sepenting itu biasanya juga pak Ling kasih tau aku kok. Kamu lupa berapa banyak RUMOR yang udah beredar dikantor sebelumnya?" jawabku.

"Eh iya, terlebih soal Pak Ling mau menikah dengan staff keuangan ya?" jawab karin cengengasan.

"Nah iya, ternyata gimana? Rumor itu malah dibuat saingan perusahaan kita biar nama Pak Ling jelek, untung aja beliau tangkap menyelesaikan masalah. Udah nggak usah di dengerin rumor kayak gitu."

"Heheheh iya deh, habis ini kemana?. Sempet makan nggak yah?. Aku lapar nih"

"Iya nanti kita makan dulu" sahutku tersenyum. Aku menghela nafas lega dan kembali mencari barang-barang dalam catatanku.

Dunia perkantoran itu tidak semulus yang aku bayangkan diawal. Dulu ketika melihat wanita memakai pakaian formal kantor, aku merasa mereka keren, bagaikan anak kecil yang melihat pangeran tampan ketika berkhayal menjadi seorang putri raja.

Kesini setelah aku masuk kedalamnya, hahahahah.....

Aku hanya bisa tertawa dengan diriku sendiri. Akan banyak orang yang mendekati kamu semakin tinggi jabatanmu, namun mereka tak lebih dari manusia bermuka tembok. Akan banyak orang yang menjelekkan kamu, padahal didepanmu mereka bersikap sangat ramah. Butuh waktu dan perasaan yang tepat untuk menilai siapa yang pantas kamu percayai.

Grtttt.....ggrttttt

Aku mengambil ponselku yang bergetar, sebuah pesan masuk dari pak ling. Bergegas aku membacanya 'Ona, setelah kau menyelesaikan dekorasi, bisakah kau datang kepestaku malam ini? mereka tiba-tiba saja ingin merayakan pesta ulang tahun pak tua ini, kau akan kusuruh dijemput supir. Kau harus datang,Banyak kolega bapak nanti yang datang. Bapak sudah pulang lebih awal'

Hmmmmm aku hanya tersenyum hambar.....