Singapura 05.25_____
Wanita berusia 25 tahun itu menghela nafas berat, matanya menyapu kasar seluruh pemandangan yang ada di depannya. Seolah-olah ia ingin membungkus habis pemandangan indah taman Merlion Park (Mermaid and Lion) di senja hari.
langit berwarna jingga bak buah persik yang semakin matang. Menikmati waktu dengan diri sendiri seperti ini bagi Leona sangatlah langka. Seluruh harinya dari senin hingga minggu habis di isi dengan pekerjaan. Jika minggu seharusnya berlibur, ia justru berkutat dengan file pekerjaan. Mengapa? hanya sebuah kebiasaan kecil seperti mengerjakan PR sekolah lebih awal. Intinya tidak ada beban untuk malam ketika ia mengistirahatkan tubuhnya dalam dunia mimpi.
Leona Marcelo namanya, orang-orang dikantor memanggilnya Ona, semua tau nama belakangnya ialah Marcello, tapi tidak jika ia dirumah. Ibunya dengan terang-terangan membenci nama belakangnya. Nama yang di iringi dari nama ayahnya.
Kejadian ironis yang pernah Leona alami ketika usianya masih 17 tahun, hari dimana seharusnya seorang gadis menikmati "Sweet Seventeen" justru berubah menjadi kelabu tak bertuan bagi leona. Ayahnya meninggal begitu saja, mengapa? itu semua terjadi karena pertengakaran hebat antara ayahnya dan ibunya.
Alhasil ayahnya terkena serangan jantung dan meninggal ditempat. Bencikah Leona pada ibunya? katakan saja pada awalnya iya. Namun belakangan dia mengetahui kebenaran yang juga menyayat hatinya. Ayahnya sudah berselingkuh dan tidur dengan gadis berusia 21 tahun. Mahasiswa magang tempat ayahnya bekerja.
Ibunya mengetahui kebeneran itu, ia bahkan mencoba menyelamatkan kehidupan rumah tangganya, mengingat anak-anaknya yang sudah mulai remaja. Namun sayang, Batin seorang wanita pada akhirnya hancur setelah sering kali menahan kikisan ombak. Pertengkaran itu terjadi dan sang ayah menutup mata untuk selamanya tanpa disengaja.
Memilih melupakan segala kejadian buruk di kota Bandung, Dengan tabungan yang cukup dan tunjangan Gaji suaminya, ibu leona memboyong keluarganya untuk pindah ke singapura. Leona, adik laki-laki kembar nya Roki dan Riko, beserta ibu dari ayahnya(nenek dari orang tua laki-laki), dan ibunya kini tinggal di salah satu perumahan di singapur. Ibunya membuka toko roti sesuai keahliannya, Roki dan Riko masih sekolah SMA, Sementara dirinya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan 'Hangkook Grup'.
Kenyataan menyadarkan Leona, kalau hidup itu tidak semanis gula aren. Membuatnya bekerja dengan keras. Salahkah ia memiliki impian?, leona berniat ingin memiliki butik sendiri. Membuat desain pakaian yang dikenal banyak orang, ia masih membantu ibunya untuk menyekolahkan adiknya dan ia sangat ingin membelikan rumah mewah untuk keluarganya. Sederhana bukan?.
Dringgggg....Dringggg
Dering ponselnya menyadarkan leona dari lamunan masa lalu, lamunan ketika ia menginjakkan kakinya di Singapura, bergegas ia merogoh ponsel dari dalam tasnya, Nama Jesika tertulis dilayar telfonnya. Jesika salah satu karyawan ibunya ditoko roti, sekaligus menjadi sahabatnya sekarang. wanita dari indonesia yang merantau ke Singapura.
"Hallo?" jawab leona
"Ona? kamu dimana? kamu udah pulang kerja?" balas Jesika bertanya
"Udah, aku lagi ditaman. Ada apa?"
"Okay, jangan pulang dulu. Temani aku hari ini ke cafe Lubis"
"Jesikaaaaaa" keluh leona malas. Dugaannya tidak akan salah. Setiap kali jesika memintanya untuk menemani ke cafe lubis, sudah pasti jesika menyiapkan kencan buta untuknya. Paksaan halus yang bahkan sudah berulang kali dilakukan jesika, tetap saja leona tidak bisa menolak untuk datang.
"Hey, ayolah. Aku juga ingin bersenang-senang. Hari ini pelanggan sangat banyak, aku kelelahan"
"Kalau begitu istirahat. Jangan malah memintaku untuk melakukan kencan buta lagi"
"Kamu tau? kok bisa? kamu udah belajar jadi cenayang sekarang?"
"Enggak, pasti bakalan gini juga kan"
"Aku tunggu disana aja pokoknya, bye kesayangan mmuachh" ucap Jesika cepat dan memutuskan panggilan begitu saja, tidak memberi ruang bagi Leona untuk memprotesnya.
"Ya ampunn, masih ada yah makhluk kayak gini. mau ku kandangin aja rasanya, untung sayang." protes leona. Kembali ia menghela nafas berat, sepoaian angin membuat rambutnya tersapu indah. Siapapun yang berada didekatnya pasti bisa merasakan aroma Strawbery dari shampoo yang ia pakai.
Mata leona tiba-tiba terkunci untuk melihat seseorang dari kejauhan, lebih tepatnya pasangan yang sedang bertengkar hebat. Pria dan wanita itu bergantian saling meneriakki satu sama lain. Terlihat si pria mengepal tinjunya, mungkin dia sudah frustasi menahan emosi, apalagi yang dihadapinya seorang wanita.
"Hmmm, itulah mengapa aku tidak ingin punya pasangan, merepotkan" ucap Leona. Ia bangkit dari duduknya, memasang kembali jaket mantelnya, memperbaiki letak sepatu hak tingginya dan berlalu meninggalkan segalanya. Menganggap apa yang baru ia lihat hanyalah masa bodo.
*********
Cahaya berkilauan dari lampu tumbler menghiasi cafe Lubis, pemain band sudah beraksi dengan panggungnya. Leona memutari setiap sudut, mencari seseorang yang membuatnya kesal setengah mati. Tepat di tengah-tengah cafe, jesika melambaikan tangannya. Memberi tanda kepada leona untuk menghampiri mejanya.
Sekilas garis senyuman tipis terukir diwajah leona, bagaimanpun ia tidak ingin bersikap tidak sopan.
"Duduklah" ucap jesika tersenyumn manis, menggeser kursi sedikit kebelakang agar leona bisa duduk dengan nyaman.
"Ona, ini Martin dan ini Robert. mereka bekerja sama membangun sebuah usaha, dan kalian guys, ini Leona temanku yang aku ceritakan" jesika menjelaskan.
"Hai, senang bertemu dengan kalian" ucap leona tersenyum hangat sembari menjabat tangan kedua pria itu. Jabatan tangannyapun dibalas dengan ramah oleh kedua pria itu.
"Kalau begitu, kita pesan makanan sekarang?" tanya Martin.
"Yah tentu" jawab jesika ramah. Martin mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan. Mereka memesan makanan sesuai selera mereka masing-masing.
"Dan tolong bawakan wine termahal disini" sahut Robert menutup pesanan. Pelayan itu mengangguk dan berlalu pergi.
"Ohhh, MAHAL yaa?" ucap Leona sungkan. Dalam fikirannya saat ini terlihat robet seperti memamerkan sesuatu.
"Yah, lidahku agak tidak terbiasa dengan wine yang berlevel sedikit rendahan"
"Ha?hahaha yah masing-masing orang punya seleranya" sahut jesika mencoba mencairkan suasana.
"Okay, jadi usaha apa yang kalian lakukan?" lanjut Leona bertanya.
"Kita, kita punya restorant" jawab martin.
"Ohya? lalau mengapa kita harus ke cafe ini? mengapa tidak di restorantmu saja?" ucap leona telak. Ia merasakn perih dipinggangnya ketika jesika mencubitnya.
"Hahaha, Leona memang suka bercanda" ucap Jesika lagi.
"Hahah yah, kau punya selera humor yang tinggi" sahut martin. Selang beberapa menit pesanan yang mereka pesan datang. Oborlan selanjutnya mengalir begitu saja. Seputar saling memperkenalkan diri masing-masing.
"Kamu udah banyak minum dari tadi" tegur Leona, memperingatkan Robert sudah terlihat sedikit mabuk.
"Oh yaa?" balas Robet.
"Kalau mau mabuk-mabuk kenapa nggak di club aja?" sindir Leona.
"Ahhh kamu jangan bersikap munafik, kamu juga menikmati wine mahal ini kan, minumlah selagi ini gratis" sahut robet dengan omongannya yang tidak jelas.
"Ah hahahaha, bagaimana kalau kita pulang. Aku sudah kenyang" sahut martin. Jesikapun mendukung ucapan martin. Martin meninggalkan uang diatas meja sesuai dengan struknnya. Ia mencoba membopong tubuh Robert berjalan keluar dari cafe.
"Memalukan" ucap leona ketika melihat robert yang sudah sempoyongan diluar cafe. Robert menatap mata leona lekat, ia tersenyum penuh arti, entah itu senyuman licik atau jijik.
"Wanita munafik" teriak robert.Tiba-tiba ia memeluk dengan kasar tubuh Leona, melecehkan leona tidak karuan. Seperti pria bernafsu dan menghirup aroma tubuh Leona sangat dalam. Leona meronta, berusaha melepaskan dirinya dari robert. "Bangsat" pekik Leona geram.
Robert semakin kasar memaksa untuk mencium Leona, tenaga prianya membuat Leona kwalahan, Robet menjulurkan lidahnya yang menjijikkan seolah-olah Leona akan luluh dan membalas gerakan yang meresahkan itu, tentu tidak. Mata leona sudah mencari-cari keberadaan martin dan jesika yang katanya menjemput mobil di basment parkiran.
"Arghhh" pekik leona ketika kali ini robert meremas lengan Leona cukup keras.Robert sungguh berniat untuk melecehkan Leona, belum lagi aroma alkohol yang tercium dari tubuh robert hampir saja membuat Leona muntah karena pengap.
"Heyyy" teriak Jesika, ia bergegas turun dari mobil dan memukul kasar kepala Robert dengan tasnya. Membuat robert meringis memegangi kepalanya.
"Roberttttttt" bentak Martin.
"Maafkan aku, maafkan aku" ucap jesika mendekati Leona. ia terdiam mematung, baju dan rambut Leona sudah berantakan, leona berjalan menghampiri robet, menampar pria itu dengan dua tamparan kasar, dan menendang kemaluan pria itu. Tidak mempedulikan sorotan mata yang melihatnya, Leona berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Leona? tunggu aku. Maaaff" teriak jesika.
Laki-laki semuanya sama saja, bathin leona dalam hati. Benarkah semua lelaki itu sama?