Alika menatap kedua perempuan di sampingnya dengan sebal—ralat, ia hanya sebal pada Tiffany sedangkan tidak pada Bunda Elina. Pasalnya sedari tadi Tiffany terus mencoba mengajak Elina untuk berbincang dan membiarkan Alika diam seperti sekarang ini.
Ia melirik ke arah jam yang menempel di dinding, sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tanpa berpamitan, Alika langsung berjalan menuju dapur. Sesampainya di sana, ia mengambil gelas kemudian mengisinya dengan air. Setelah itu meneguknya hingga tandas, membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
Telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Namun, ia malas untuk berbalik. Akhirnya ia tetap pada posisinya, duduk di kursi pantry. Hingga akhirnya ia merasakan kursi di sampingnya diisi oleh seseorang, Alika menoleh dan sedikit terkejut saat melihat Tiffany lah orang yang duduk di sampingnya.
