Tidak ada yang berubah, kesedihan tidak bertahan lama, karena permintaan Emil jauh lebih penting dari pada kesedihan yang dia rasakan.
"Atta mau makan yang mana?"
"Mau ini aja"
Dan sekarang Jennie membiarkan apapun yang Atta mau, dia hanya menjaga emosi dari sang anak sampai Atta benar-benar stabil.
"Atta gimana kalau kita ke mall?"
"Atta harus ke rumah sakit Kak"
"Kita makan sushi? Mau gak? Boleh kan Bun?"
"Boleh, kalian mau pergi kapan?"
Atta meletakan sendoknya hingga dentingannya terdengar mengejutkan.
"Atta harus ke rumah sakit Bunda, Atta gak akan kemana-mana"
Senja dan Jennie saling pandang, lalu mengedikan bahunya seolah tidak tau lagi harus berbuat apa, karena walaupun terkesan dipaksakan setidaknya Atta tidak selalu bergelut dalam rasa kehilangannya.
"Bunda sini Atta periksa dulu"
Nafsu makannya hilang, karena dia tidak suka dikasihani, walaupun terkesan layaknya menghibur tapi dia tidak butuh itu semua.
"Tensi Bunda rendah makan daging ya atau salmon"