Adik laki-laki Liera memandangi Liera dengan wajah polos saat memergoki kakaknya tengah menitikkan air mata. Liera menelan ludah yang terasa pahit di tenggorokannya. Dia seketika teringat akan kereta bayi serta kehadiran seorang bayi di kontrakan sang ayah.
Liera sangat ingat saat kelahiran adiknya, ayahnya tidak pulang dengan memberikan berbagai macam alasan. Ada kehadiran bayi lain... pantas saja... pantas saja ayahnya bahkan tak menaruh perhatian pada kelahiran adik laki-lakinya.
Liera seketika memeluk tubuh mungil adiknya dan tak bisa lagi menahan tangisan. Dia menangis tanpa suara, hanya air mata yang mengalir begitu deras dengan bibir gemetar yang tertutup rapat. Ya, dia akan menangis untuk sekarang. Namun, aturannya masih sama, dia tak boleh membuat masalah untuk ibunya dengan tangisannya sehingga dia harus menahan isak tangis dengan baik.