Ursilla berjalan bersama dengan Louis. Di belakang, ada Wendy yang mengikuti. Para pelayan lain sudah Ursilla minta untuk tidak mengikutinya beramai-ramai. Lagipula, dia sudah cukup dengan adanya Wendy dan Louis. Lagipula, bahkan jika ada musuh yang datang menyerang, mereka tak berani bertindak secara terang-terangan, mengingat bahwa Victor bahkan bisa membasmi sebagian besar iblis yang dulu ada di pulau di mana Kerajaan Victoria berdiri.
"Yah, seharusnya mereka masih bersembunyi layaknya tikus karena lawan mereka tak bisa diremehkan begitu saja." Ursilla menyetujui pemikirannya sendiri. Hal ini bisa membuatnya tenang karena bahaya setidaknya tak akan datang dalam waktu dekat.
Kekuatan Victor ternyata berguna untuk mencegah kematian dari orang lain. Sekarang, Ursilla hanya perlu fokus menjalankan misi dan mengumpulkan hadiah sebanyak-banyaknya agar bisa mengurangi tingkat kematian yang berasal dari Morgan.
Mereka akhirnya berhenti di depan sebuah pintu yang memiliki ukiran bulan sabit di tengahnya. Begitu indah, apalagi dengan kilauan perak membuat pintu tersebut berkelap-kelip. Hanya pintu saja sudah semewah ini, bagaimana bagian dalamnya?
"Tuan Putri, silakan masuk." Louis membukakan pintu untuk Ursilla. Tindakan tersebut membuat Ursilla merasa heran, apakah tidak perlu melapor dulu mengenai kedatangannya?
Melihat Ursilla yang termenung di depan pintu yang terbuka dengan celah yang hanya bisa dimasuki oleh tubuh mungil Ursilla, Wendy berjalan mendekati Ursilla. "Tuan Putri, Anda tidak perlu ragu untuk masuk. Yang Mulia sudah mengizinkan Anda untuk pergi ke tempat manapun yang ada di istana kerajaan."
Ursilla menoleh ke samping dan sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat Wendy yang memasang senyum menenangkan. "Apa Wendy akan menungguku di luar bersama Louis?"
"Jangan khawatir, Putri. Aku dan Tuan Louis akan menunggu Anda di luar."
Mendengar perkataan Wendy, Ursilla akhirnya merasa lega. Ah, lagipula apa yang dia takutkan. Victor itu sosok ayah yang baik, mana mungkin dia akan marah-marah hanya karena Ursilla masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa perlu melapor terlebih dahulu. Lagipula, Victor sudah mengizinkan Ursilla pergi ke tempat manapun.
"Baik, aku akan masuk." Ursilla melangkah masuk di celah pintu yang hanya bisa dilewati olehnya. Begitu dia sudah masuk sepenuhnya, pintu kembali tertutup rapat.
Ursilla mengedarkan pandangannya. Di sekelilingnya ternyata tidak semewah yang diduga. Ornamen ruang kerja ternyata lebih sederhana dari ruang makan di Moon Palace. Kebanyakan benda-benda di sini terbuat dari perak. Sesuai dengan nama istana yang ditempati, memang saat masuk semua terlihat seperti bulan yang menyinari kegelapan malam.
Awalnya, saat Kerajaan Victoria terbentuk dan telah dibangun tiga Istana, Victor mengatakan bahwa istana miliknya akan dinamakan Moon Palace. Banyak menentang nama tersebut, mereka lebih suka istana Victor disebut Sun Palace. Tapi, Victor mengatakan bahwa nama tersebut akan dia berikan pada istana putra mahkota yang saat itu belum ada karena Victor bahkan belum menikah dengan Ursenna.
"Mereka bahkan mengeluh hanya karena sebuah nama istana." Ursilla menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Sesaat kemudian, dia menepuk dahinya merasa seperti orang bodoh. "Ah, itu kan hal-hal yang ku tuliskan dalam novel. Cih, ingin memaki-maki hal-hal yang salah di sini saja artinya aku memaki diri sendiri. Baiklah, aku memang hebat bisa menciptakan banyak konflik baik kecil maupun besar."
Lalu, apa yang terjadi? Tentu saja Victor menolak usulan semua bangsawan yang menentang keputusannya. Dia tetap menamakan istananya sebagai Moon Palace, istana putra mahkota sebagai Sun Palace, dan istana untuk istrinya sebagai Black Rose Palace.
Sungguh pria yang memiliki pandangan luas akan masa depan. Victor bahkan sudah memikirkan istana untuk Ursenna yang saat itu masih menjalin hubungan rahasia dengannya karena keluarga Ursenna pasti tak akan setuju jika Victor belum memiliki nama. Yah, salah satu alasan Victor membangun Kerajaan Victoria karena dia ingin menikah dengan orang yang dicintainya.
Ursilla mengerjapkan mata ketika teringat bahwa dirinya masih berada di ruang kerja Victor. Tak baik jika Victor melihatnya melamun, pasti Victor akan melayangkan berbagai macam pertanyaan pada Ursilla.
Ursilla melihat figur Victor yang duduk bersandar di kursi dengan tangan memegang sebuah dokumen tepat di depan wajahnya. Hal tersebut membuat Ursilla tak melihat wajah Victor dan bagaimana ekspresi pria itu atas kedatangannya.
"Ayah!" Ursilla berjalan mendekati meja kerja Victor. Setibanya di depan meja, ternyata tinggi meja sebatas dahi Ursilla. Tubuh pendek memang menyulitkan Ursilla. Dia harus berjinjit dengan kedua tangannya yang bertumpu di meja.
"Ayah! Aku datang untuk melihat Ayah!" Ursilla berucap dengan riang seperti anak-anak kebanyakan yang tampak ceria seakan tak memiliki dosa. Ah, anak kecil yang polos tentunya masih tidak memiliki dosa. Tapi, sayangnya, Liera yang berusia 16 tahun sudah berbuat berbagai macam perbuatan baik dan buruk.
Hening.
Tak ada jawaban dari Victor. Ursilla merasa ada yang janggal apalagi Victor bahkan tak bergerak sedikitpun. Ursilla memundurkan tubuhnya dan berjalan memutar untuk sampai di samping Victor.
"Ayah, kenapa kamu diam..." Ursilla tak melanjutkan ucapannya ketika melihat wajah Victor.
"Hah? Dia tidur?" Ursilla terkejut melihat Victor yang matanya terpejam dan tampak damai. Namun, lingkaran hitam terlihat jelas di bawah matanya. Guratan lelah tak bisa disembunyikan dari wajah tampan Victor.
Ursilla tak menyangka ternyata ada orang yang bisa tidur dengan posisi tegak bahkan sambil memegang dokumen untuk mengelabui orang-orang. Tapi, Ursilla justru merasa kasihan dengan Victor. Sepertinya Victor tidak tidur dengan nyenyak dan hanya bisa tidur sebentar saja. Pekerjaan ada terlalu banyak, tapi Victor bahkan tak merekrut sekretaris.
Walaupun pekerjaan sudah dibagi seperempatnya pada Elias, tetap saja urusan kerajaan tak ada habisnya. Victor tak tega jika harus membagi setengah pekerjaannya dengan Elias yang bahkan belum menginjak usia dewasa.
"Sungguh ayah yang baik." Ursilla menyandarkan tubuhnya di meja, tangannya terlipat di depan dada, dan mengamati Victor dalam waktu lama.
Lingkaran hitam di bawah mata Victor semakin tebal semenjak kematian Ursenna. Pria itu tak bisa tidur dengan nyenyak dan bahkan mengalami insomnia. Sangat jarang bagi Victor untuk tidur nyenyak sehingga melihat pria itu tertidur dengan posisi yang masih tegak membuat Ursilla merasa prihatin.
"Dia ingin tetap terlihat berwibawa sebagai seorang Raja." Ursilla sibuk mengomentari Victor.
Niat Ursilla menemui Victor untuk meminta izin pergi ke tempat latihan kesatria. Mendengar bahwa Victor mengizinkan Ursilla pergi ke tempat manapun yang berada di istana kerajaan, sepertinya Ursilla tidak perlu meminta izin lagi. Tapi, dia tetap masuk ke ruang kerja Victor sekalian ingin meminta untuk diizinkan memilih kesatria yang akan mendampinginya dan bersumpah setia padanya bukan pada Victor maupun Kerajaan Victoria. Hanya untuk Ursilla sendiri, itu poin utamanya.
Siapa yang menyangka, Ursilla justru melihat Victor yang tidur karena kelelahan. Beruntung tidak sampai tumbang, karena kerajaan pasti akan kacau jika Victor sampai sakit.
Ursilla mengendikkan bahunya, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. "Lebih baik aku pergi saja dari sini."
Saat berbalik hendak pergi, Ursilla mendengar pergerakan kursi dan langsung menoleh kembali pada Victor. Oh, sepertinya Victor akan bangun.