"Aku bersyukur kamu sudah mulai merelakan kepergian Ayah dan Ibu, Sayang. Sudah satu bulan sejak kepergian mereka, waktu memang cepat sekali berlalu, bukan?" Febiana berkata sembari menuangkan teh hangat dari teko ke dalam cangkir keramik kesayangan sang suami.
Edward tersenyum setelah akhirnya ia memutuskan untuk menaruh ponselnya di atas meja balkon rumah itu. Ditatapnya sang istri yang kini telah duduk tepat di hadapannya sembari memandang ke bawah sana.
Malam ini cuaca sangat dingin, meski tidak sedang turun hujan. Valerie dan Kharel sudah tidur saking ademnya. Lelapnya kedua anak kecil yang sangat mirip itu, secara otomatis memberikan waktu berduaan untuk ayah dan ibunya.
