Hari yang di janjikan seseorang untuk membantu perusahaan PT Buana grup telah tiba. perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini. mengalami krisis hutang dimana-mana, membuat sang pemilik mencari di donatur agar perusahaan bisa terselamatkan.
berapa tahun yang lalu saat pemilik yang lain PT Buana grup maju sangat pesat sehingga menembus pemasaran luar negeri. namun karena keserakahan seorang yang perebutan kekuasaan tak terelakkan. menghalalkan segala cara untuk bisa menjadi pemegang kekuasaan.
" selamat siang tuan Budi..saya asisten tuan T. maaf tuan tidak bisa hadir namun Tuan T mengutus saya sebagai perwakilan nya.."
" oohh....tidak appa saya sangat paham orang seperti tuan T pasti sangat sibuk "
" sesuai kesepakatan...sebelum anda tanda tangani surat perjanjian ini, Tuan T memberikan satu persyaratan. jika tuan setuju maka kesempakatan akan berlangsung detik ini juga."
" Baik saya setuju apa persyaratannya..?"
" Tuan T tidak memintanya hari tapi yang pasti Tuan T akan menagihnya "
" Saya setuju..." sesuai kesepakatan masing-masing pihak saling mendatangani surat perjanjian.
seorang yang berpakaian serba hitam, dan kacamata hitam mengukir senyuman misterius.
****
kehebohan terjadi di lantai dasar ketika sang Presdir tiba di lobby kantor. semua karyawan seperti biasa menyambut sang Presdir meskipun sudah di larang, mereka tetap melakukannya. karyawan wanita berebut posisi agar bisa terlihat oleh sang Presdir, terkecuali satu gadis yang enggan menatap sang Presdir. saat sang Presdir melewatinya aroma maskulin nya membuat gadis itu mengingat sesuatu. rasa penasaran yang begitu besar membuatnya mengangkat kepalanya namun sayang hanya punggung nya yang terlihat.
para karyawan membubarkan diri, dan kembali bekerja. di pantri seorang gadis tengah mengaduk kopi. pekerjaannya hari telah selesai tinggal menunggu panggilan dari sang asisten Presdir mengantar kopi. benar saja baru selesai mengaduk seseorang memanggil nya.
" Mila buatkan kopi untuk Presdir, jangan lupa tanpa gula."
"Satu lgi antarkan keruangan Presdir aku ada urusan sebentar "
" Baiklah...akan saya buatkan " usai membuat kopi Mila pergi ke ruangan Presdir. saat sampai didepan ruangan entah tanpa ragu Mila mengetuk pintu.
Tok... Tok..
" Masuk..." terdengar suara dari dalam. pintu terbuka terlihat seorang lelaki tengah berdiri tengah melihat pemandangan kota yang terlihat indah jika di lihat dari atas.
" Tuan kopinya "Devan seperti mengenal suara wanita yang mengantar kopi. Devan menoleh ke arah suara, di saat yang sama Mila melihat kearah Devan. Mila yang kaget tak sengaja menumpahkan kopi yang di pegangnya dan mengenai tangannya. " Aduhh..." Devan yang melihat tangan Mila terkena kopi panas, dengan cepat menariknya kekamar mandi dan meletakan tangan Mila di bawah guyuran air kran wastafel. dirasa sudah lebih baik Devan menarik tangan Mila membawanya ke sofa dan mendudukannya, Devan mengambil P3k mengoleskan salep agar luka di tangan Mila tidak melepuh.
" Apa kamu selalu saja cereboh, seperti ini hah "
" Maaf tuan tadi..."
"Sudah lain kali lebih berhati-hatilah karena jika tidak... " Devan menjeda ucapan, wajahnya mendekat dan berbisik di telinga Mila. " Saya akan meminta imbalan karena sudah menolongmu. " bisik Devan membuat Mila tak berani bergerak.
Devan yang melihat Mila yang tegang, membuat Devan gemas akan tingkah Mila. dan berniat menggodanya dengan tkesengajaannya Devan meniup kuping Mila sehingga membuat wajah Mila merah seperti tomat.
Ketukan pintu mrmbuat mereka tersadar.
" Tuan....maaf jika saya akan kembali nanti " Ben yang melihat tuannya mau berdekatan dengan gadis pun menjadi heran, setau Ben tuannya ini anti wanita, terlebih dengan wanita cantik.
" Tuan saya permisi...." melihat kedatangan asisten tuannya Mila bergegas dari ruangan Devan, dan menetralkan nafasnya yang naik turun.
" Ben...aku ingin data Mila sekarang "
" Baik tuan...salah satu anak buahku berhasil mengikutinya tapi target tidak ada disana, hanya orang kepercayaan nya yang datang.
" Hum "