Desakan Sinta yang dan amarah Budi membuat Jenni pada akhirnya mengakuinya.
" Katakan siapa ayah dari anak yang kamu kandung Jenni ?"
" Ro...Romi mah "
" Siapapun laki laki itu cepat hubungi, katakan padanya bahwa kamu hamil dan segera menikahimu, kamu benar benar sudah membuat malu kerluarga " Sinta meraih ponsel di dalam tas dan memberikannya pada Jenni.
" Hubungi Romi mintalah pertanggung jawabannya " Berapa kali Jenni menghubungi Romi namun tak ada hasilnya ponsel Romi tidak aktif.
Emosi Sinta tak terbendung lagi dadanya naik turun menahan gejolak amarah. Sinta meninggalkan ruang rawat Jenni untuk menemui suaminya. langkahnya gontai air mata terus mengalir.
Dilihatnya sang suami di duduk di bangku taman rumah sakit. pandangan matanya lurus ke depan. berlahan Sinta duduk sebelah.
" Apa anakmu mengatakannya ?" Sinta menganggukkan kepala .
"Siapa...apa dia Romi ?" Sinta kaget bagaimana sang suaminya bisa mengetahui identitas kekasih anaknya.
" Sayang, bagai..."
" Bagaimana aku bisa tau..?"
" Bahkan aku tau, saat Jenni pergi ke Paris hanya menemuinya apa aku benar Sinta..?" Sinta tergagap saat suaminya mengetahui kebohongan nya.
" Sayang..aku.."
" Sudah, sekarang kita pikirkan jalan keluarnya "
" Bagaimana masalah perusahaan apa sudah ada jalan keluarnya ?"
" Besok aku akan menemui seseorang yang akan membantu kita, kamu tidak perlu memikirkan nya " mereka kembali keruang rawat Jenni. setelah menyelesaikan administrasi mereka kembali kerumah.
****
di kamar Jenni terus memikirkan keadaannya, sedangkan sang kekasih tak tak kunjung bisa dihubungi.
Jenni meraih ponselnya mencoba menghubungi temannya yang juga tinggal di Paris. setelah nada sambung terdengar suara berat di sebrang telpon.
" Cantik kenapa kamu menghubungiku apa ada sesuatu ?"
" Aku membutuhkan bantuanmu"
" Bantuan apa sayang..kamu Taukan apa yang aku inginkan "
" Aku tau itu sebabnya aku menghubungimu."
" Baik katakan "
" Temukan Romi.."
" Apa Romi...!!"
" Satu apartemen untukmu "
" Baiklah, kamu tunggu kabar darimu "
Romi inilah akibatnya jika kamu mengabaikanku.
*****
" Mila buka pintunya "
" Lusi ada apa "
" Aku numpang tidur yaa "
" Haahh kamu ini, kirain apaan bikin kaget "
" Mila apa kamu tidak ada makanan aku laper "
" Carilah di kulkas, aku mau mandi dulu "
Lusi membuka kulkas hanya menemukan telor dan beberapa sayuran. matanya mencari penyimpanan makanan kering di atas, menemukan mie instan dan cemilan. Lusi membawa semua cemilan ke depan TV. tak berapa lama Mila keluar dengan pakaian rumah celana pendek dan kaos tanpa lengan.
kakinya yang panjang putih, berjalan kearah Lusi.
" Mila bagaimana perasaanmu kepada Ricky. apa kamu benar benar tidak menyukainya ?"
" Tidak Lusi aku menganggapnya sebagai teman tidak lebih "
" Apa kamu menyukai orang lain ?"
" Tidak juga, sudahlah ini sudah malam aku tidur dulu jika kamu masih ingin nonton tv silahkan dilanjut, aku istirahat dulu "
di kamar Mila tidak langsung tertidur, kantuknya tiba tiba hilang. pandangan matanya menatap atap kamarnya. apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama. tak sepantasnya aku memikirkan orang yang belum tentu memikirkannya. tujuan hidupku memperbaiki masa depan. aku tidak ingin terus menerus seperti sudah cukup hidupku menderita aku ingin mengakhiri penderitaanku.
****
Dikamar mewah seorang lelaki berdiri di balkon. memandangi bintang bintang yang indah. namun yang terlihat bukanlah bintang namun wajah cantik Mila. tanpa sadar sudut bibirnya tertarik keatas. suara ketukan pintu membuatnya tersadar dari lamunan. Ben sang asisten memberikan laporan yang sedari tadi di tunggu sang tuannya.
" Tuan, mereka tidak ada pergerakan sama sekali anak buahku sudah menyelinap disana " terang Ben sang asisten.
" hal seperti ini yang harus kita waspadai Ben, katakan pada anak buahmu untuk tetap waspada "
" Baik tuan, dua jam lagi keberangkatan, pesawat pribadi sudah siap "
" Hum "