Berapa hari setelah penangkapan Neli yang diam-diam menjadi mata-mata di kediaman Devan. di hari yang sama hingga saat ini Devan tidak menemui Mila, dia lebih memilih tidur di ruang kerja atau tidur di kantor. masalah perjodohan yang di lakukan Nenek di masa lalu kini mengusik rumah tangganya. belum selesai masalah kini masalah baru menghampirinya. Tuan R kini mengusik hati Devan rasa cemburunya semakin menjadi saat, membaca pesan dari Tuan R jika Neli harus menjaga Mila untuknya bahkan dua puluh jam
'Siapa kamu sampai-sampai mengancam orangku hanya untuk menjaga Mila'
"Tuan waktunya Anda meeting" Kedatangan Andy menyadarkannya dari lamunan.
"Hhmm" langkahnya yang santai dan penuh wibawa membuat siapapun menunduk hormat, siapa sangka di balik wajahnya yang tampan dan karismatik ternyata seorang ketua yang di takuti.
"Selamat siang" Devan duduk di ujung meja dengan penuh wibawa.
"Siang Tuan Devan, perkenalkan saya Amanda perwakilan dari Adiperkasa semoga kerja sama kita semakin erat kedepannya.dan saya ingin mengenal Anda secara pribadi Tuan Devan"
"Sayangnya saya tidak berminat untuk mengenal Anda, Andy lain kali jika dari perusahaan lain yang akan meeting dengan saya maka yang datang harus orang yang benar-benar mengerti dengan tanggung jawab bukan orang yang pandai tebar pesona" usai mengatakan Devan meninggalkan ruang meeting.
Di lain tempat Mila yang mendapat undangan makan siang di sebuah restoran mewah. setelah melakukan sentuhan terakhir penampilannya. Mila yang terlihat memukau dengan long dress bermotif bunga tanpa lengan, rambutnya yang dia ikat ekor kuda. penampilan yang sederhana namun mampu memukau orang yang melihatnya. Dewi yang berada di ruang tamu melihat Mila menuruni tangga dengan cepat menyapanya.
"Nyonya Anda akan keluar?"
"Iya aku ada undangan makan siang, aku minta kamu dan para bodyguard jangan mendampingiku. terlebih mereka yang para pengawal bayangan. aku tidak ingin orang memandangku lain jadi aku minta kamu dan yang lain tetap disini!"
"Tapi Nyonya bagaimana jika Tuan Devan mengetahui maka kami akan tamat"
"Baiklah kamu bisa ikut. tapi menunggu di parkiran bagaimana, jika apa kamu setuju?"
"Baik nyonya saya akan menunggu di parkiran"
"Baik.." setelah melewati berdepatan dengan Dewi akhirnya Mila pergi meski dengan kehadiran Dewi.dalam mobil hati Mila yang terasa sesak, bagaimana tidak beberapa hari ini Devan tidak menemuinya. berita pertunangan semakin gencar di media bahkan di televisi beredar foto mereka yang terlihat mesra, melihat foto-foto mereka Mila tidak menampik rasa cemburu dan sakit hati terlebih kondisinya saat ini yang tengah mengandung anak Devan. tanpa terasa butiran kristal mengalir di pipinya.
"Nyonya sudah sampai" Mila yang tengah melamun tersentak ketika sang sopir memberi Taukan jika sudah sampai di tempat tujuan.
"Terima kasih, kalian tetap tunggu disini"
"Baik Nyonya, maaf Nyonya apa anda tidak apa-apa?" Dewi melihat raut wajah Mila yang sendu terlihat ada jejak air mata disana.
"Tidak apa-apa. seperti yang saya bilang tadi kalian tetap disini dan jangan coba-coba masuk ke restoran, tunggu sampai saya kembali dan jangan katakan jika aku berada di sini pada Tuan kalian!'
"Baik Nyonya, berhati-hatilah"
"Hhmm" Mila memasuki restoran dengan langkah yang anggun wajahnya yang cantik dan anggun membuat semua mata pria menatapnya dengan tatapan memuja.
Mila melangkah menuju sebuah ruang private yang berada di lantai dasar. saat sampai di depan pintu ruangan terjaga dua orang berjas hitam lengkap dengan kaca mata. setelah memberi hormat pada Mila, mereka membukakan pintu untuknya. di dalam ruangan terlihat seorang pria paruh baya tengah duduk dengan wibawa.
"Selamat datang nyonya Devan" pria paruh baya menghampiri Mila yang berjalan kearahnya.
"Selamat siang Tuan" dengan sikap tenang Mila duduk di kursi tepat di depan pria paruh baya yang tidak lain adalah Hartanto.
"Terima kasih telah menerima undangan makan siang dan saya benar-benar sangat terkejut jika istri dari seorang Devan ternyata gadis sederahan sepertimu"
"Katakan apa tujuan Anda ingin bertemu dengan saya?"
"Hahaha...santai dulu Nyonya Devan, kita makan siang dulu setelah itu kita bahas masalah yang ingin saya sampaikan kepadamu. baiklah nyonya Devan mau pesan apa? atau sesuai pesanan yang saya pesan mungkin kamu akan menyukainya bagaimana?"
"Terserah Anda Tuan Herman" Mila yang enggan berlama-lama dengan Herman dengan cepat menyetujui sarannya.
Herman menjetikan jarinya dan beberapa pelayan datang membawa berapa hidangan seafood dan berapa makanan khas Eropa dan Perancis, namun Mila memilih makanan khas negaranya pilihan jatuh pada cumi asem manis.
"Silahkan Nyonya Devan di makan, semoga suka"
"Terima kasih Tuan Herman" Mila menikmati makan siang dengan anggun, namun tidak berapa lama tubuhnya terasa panas dan memerah.
"Nyonya Devan kamu kenapa, apa kamu ada alergi dengan makanan atau sesuatu bumbu?" Herman menatap Mila yang wajahnya merah.
"Sepertinya salah satu bumbu ini mengandung kacang"
"Aapaaa...kamu alergi kacang, apa kamu membawa obatnya Mila jika tidak biar pengawal saya membelinya?"
"Ada tuan terima kasih" Mila mengambil obat yang tersedia di dalam tasnya.
"Tuan katakan apa yang ingin Anda katakan pada saya?"
"Apa kamu yakin. bagaimana kondisimu?"
"Saya sudah baikan, Sekarang katakan"
"Lihatlah di sebelah sana" Mila mengikuti arah yang di tujukan Herman padanya. tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, disana terlihat Devan dengan Jenni tengah makan siang bersama mereka saling berpelukan dan sesekali Jenni mencium pipi Devan.
"Apa tujuan Anda mengajak saya hanya untuk melihat mereka Tuan Herman?"
"Kamu benar Mila. maka dari saya minta kamu untuk menjauhi Devan, pergilah sejauh yang kamu bisa"
"Kenapa Anda menyuruh saya pergi bukankah saya seorang istri sah secara hukum?"
"Saya tidak peduli dengan itu, yang saya pedulikan adalah kebahagiaan cucu saya"
"Demi kebahagiaan cucu Anda sampai tega memisahkan seorang istri dari suami, dan Anda lebih tega memisahkan seorang anak dari Ayahnya yang bahkan belum lahir, orang macamn apa Anda Tuan Herman?"
"Saya permisi terima kasih undangan makan siangnya" Mila meninggalkan Herman, sekuat tenaga dirinya menahan nyeri di sekujur tubuhnya dan sesak di dadanya. Mila melangkah menuju toilet wanita. dirinya benar-benar tidak tahan, Baru sampai di pintu toilet Mila tidak bisa menahannya tubuhnya ambruk ke bawah, namun seseorang dengan sigap menopang tubuhnya. 'Aku sudah menduganya ada yang tidak beres denganmu Mila'