hallo semua, karena author lagi seneng, aku tambaahin 1 bab nih, karena di novel ini ada yang mau kasih review, collect dan vote pake power stone, dan novel ini berhasil kontrak, jadi hati author bahagia. Nah, kalau mau author up banyak setiap hari buatlah author bahagia hahahhaa..
besok bakal up banyak, kasih gift dan review yang banyak juga yaa.
Next....
"Ada apa ini?" tanya Gadis itu, dengan wajah ketakutan karena kedatangan dua pria bertubuh kekar.
Kedua pria itu saling beradu tatapan, mereka merasa malu dan bingung.
"Kalian ikuti aku sampai sini? bilang sama bosmu bahwa orang yang dia cari tidak ada di sini." Johan menggertak kedua pria itu.
"Saya kira gadis ini Nyonya Bulan," salah satu pria itu menunjuk gadis yang duduk ketakutan.
"Dia anak dari pemilik rumah ini, Sekarang kalian pergi."
Kedua pria itu pergi meninggalkan Johan dan pemilik rumah itu.
***
Raka dan Bintang menghubungi orang suruhan yang ada di surabaya, saat sedang membicarakan hal itu di ruang kerja Bintang tiba-tiba Pak Annas masuk tanpa mengetuk pintu.
"Kamu tetap di sini," ucap Pak Annas saat melihat Raka hendamereka hunggaar dari ruangan Bintang.
"Bagaimana perkembangan pencarian Bulan?" tanya Pak Annas sembari duduk di depan meja kerja Bintang.
"Belum ada titik terang, pa."
"Bagaimana perasaanmu setelah Bulan pergi?" tanya Pak Annas dengan tatapan sinis.
Bintang tidak langsung menjawab, ia menatap Raka yang berdiri di belakang tempat duduk Anas.
"Perasaanku...." Bintang enggan melanjutkan jawabannya.
"Kenapa? kalau begitu kamu tidak usah pegang jabatan di sini, dan menikahlah dengan Sandra."
"Bintang tidak mau, Pa."
"Mau mu apa?"
"Saya mau Bulan," jawab Bintang.
"Kalau begitu, berhenti bekerja sampai kamu bisa menemukan Bulan." Anas berdiri dan meninggalkan Raka dan Bintang dalam kebingungan.
"Pa... papa," teriak Bintang untuk menghentikan Pak Anas, jangankan kembali berhentk untuk menoleh pun pak Anas tidak mau.
"Ka, ini beneran? gue di pecat sama bokap gue?"
Raka tidak menjawab, ia hanya mengangkat kedua bahunya.
****
Satu minggu benar-benar Bintang lewati tanpa bekerja, hanya keluar dengan Sandra dan menunggu informasi dari orang-orang suruhannya,
"Sayang, kita kerumah yuk," ajak Sandra saat selesai makan siang.
"Terserahlah," jawab Bintang dengan datar.
Bintang menuju rumah Sandra yang berada di kawasan perumahan elit, jalan raya begitu ramai namun tidak sampai mancet,
"Sayang, kamu seriusan sudah nggak pegang perusahaan?" tanya Sandra di sela-sela perjalanan menuju rumahnya.
"Iya, kan kamu tahu sendiri sudah satu minggu aku nggak kerja," jawab Bintang dengan tatapan fokus dengan jalan raya.
"Kamu buat kesalahan?"
"Iya, kesalahan terbesar dalam hidupku."
"Apa?"
"Sudahlah jangan ungkit itu, aku akan berusaha membangung bisnis dari nol walaupun tanpa bantuan papa."
Sandra diam tidak melanjutkan obrolan mereka , hingga satpam membuka kan gerbang untuk mereka. Sandra menggandeng tangan Bintang saat memasuki rumahnya.
"Pa," panggil Sandra pada Alex yang sedang menonton televisi.
"Sandra, kamu pulang sama Bintang."
"Iya pa," jawab Sandra dengan senang.
"Lama kamu nggak main kesini, Bin." Alex memeluk Bintang dengan akrab.
"Iya."
"Ayo duduk." Alex mengajak Bintang duduk di ruang tamu dan di ikuti oleh sandra.
"Tumben nih main kesini, nggak sibuk ya?" tanya Alex untuk mencari bahan obrolan dengan Bintang.
"Sudah satu minggu saya tidak bekerja, pak."
"Kenapa?"
"Saya membuat kesalahan di perusahaan."
"Terus perusahaan bagaimana?"
"Di pegang papa lagi."
"Mungkin papamu hanya marah sesaat, nanti juga perusahaan tetap jadi milikmu, toh kamu anak satu-satunya."
"Tidak pak, Papa sudah membuat surat jika sesuatu terjadi padanya, perusahaan akan di ambil alih oleh Raka."
"Raka? dia kan orang lain."
"Raka memang orang lain bagi anda, tapi Raka lah yang sudah menemani papa sejak dulu, dan dia di rawat oleh pape sejak kecil, bahkan orang tua Raka mengabdikan diri kepada keluarga kami, hingga mereka meninggal. jadi bisa di bilang Raka anak kedua Papa."
"Dan kamu terima?"
"Aku terima, memang Raka lebih baik dari saya dan lebih pantas, dan saya masih merintis usaha dari nol."
Mendengar penjelasan Bintang, wajah Alex berubah muram ia menatap tajam pada Sandra. seaan ia kehilangan harapan indah.
"Tapi sayang, di saat seperti ini Sandra harus kembali ke swiss, dan tidak bisa menemanimu berjuang," ucap Alex.
"Pa, aku masih ingin disini!"
"Sandra, apa kamu lupa atasanmu sudah memberi surat melalui email agar kamu cepat kembali."
"Tidak apa-apa pak, jika memang Sandra harus kembali ke swiss. tapi bagaimana dengan rencana lamaran kita? bukankah kemarin hanya simbolis?"
"Saya rasa di tunda dulu saja, biarkan Sandra mengurus cuti lebih lama."
"Baiklah." Bintang melihat glagat tidak beres di wajah Alex.
Setelah berbincang-bincang cukup lama. Bintang memutuskan untuk pulang, terlihat jelas Sandra sangat tidak senang dengan keputusan ayahnya.
"Saya pamit dulu," Bintang menuju mobilnya, saat Bintang masuk ke mobil Sandra dengan kesal meninggalkan ayahnya yang masih mengantar Bintang.
"Hati-hati, Sandra biar saya yang jelaskan." Alex masuk menyusul Sandra.
Terdengar pertengkaran antara Sandra dan Alex. Bintang keluar mobil dan mendengarkan pertengkaran Sandra dengan Ayahnya.
"Kenapa papa membuat keputusan tanpa memberi tahu Sandra?"
"papa hanya ingin kamu bekerja dengan giat dulu."
"Kenapa tidak menunggu acara lamaran dulu?"
"Setelah mendengar cerita dia, apa yang kamu harapkan dari dia, dia masih merintis bisnis kecil. dan belum tentu sukses. jika begitu lebih baik kamu dekati Raka."
"Sandra tidak cinta dengan Raka, Sandra mau Bintang."
'Plakk'
tamparan Alex mendarat di pipi Sandra.
"Jangan bodoh, papanya saja tidak mau menerima dia, apa lagi papa."
"Papa tidak mau kamu menikah dengang orang yang belum terjamin masa depannya!"
"Kalau begitu, kenapa papa minta Sandra pulang saat serah terima jabatan kemarin? dan meminta Bintang melamar Sandra."
"Karena saat itu dia pemilik perusahaan, tapi sekarang dia penngangguran sudah satu minggu."
Bintang mendengar jelas pertengkaran itu, dan entah kenapa ponselnya tanpaa sadar menekan tombol perekam video, memang tidak ada gambarnya, namun suara mereka terdengar jelas.
Bintang segera pergi dari rumah Sandra, dan saat di tengah jalan, ia baru manyadari ponselnya masih dalam mode merekam. ia berhenti di bahu jalan dan mengecek rekaman itu, betapa terkejutnya saat ia tahu sedari tadi ponselnya merekam semha percakapan Sandra dan papanya. ia sangat beruntung dengan adanya rekaman itu dia bisa menjebak Alex.
Namun saat ia hendak pulang, tiba-tiba ia teringat Wibowo, segera ia membanting setir dan menuju rumah Wibowo.
Sesampainya di sana Bintang melihat Wibowo sedang bertelepon dengan seseorang, tidak tahu siapa yang jelas Wibowo telihat sangat bahagia, sesekali tertawa hingga tidak menyadari Bintang yang datang dan berdiri di depan pintu.
"Ayah," panggil Bintang.
Wibowo yang mendengar itu segera menoleh dan melihat sosop Bintang berdiri di depan pintu, ia segera menutup panggilannya, wajahnya menjadi Gugup dan ketakutan.
"Sejak kapa kamu di situ, Nak?" tanya Wibowo.
"Baru saja, kenapa Ayah terlihat gugup? siapa yang menelepon?"
Wibowo gelagapan saat mendengat pertanyaan Bintang.
"Itu.. itu.." Wibowo gugup dan tidak mampur berfikir.
Bersambung...