Semalam sebelum acara akad nikah bulan merasa bimbang di hatinya, ia memikirkan bagaimana perasaannya johan jika dia tahu bahwa bulan sudah menikah, ia sempat ingin memberitahu nya namun masih ragu. semalam Bulan merasakan kebimbangan yang luar biasa.
Berbeda dengan Bintang, ia tertidur sepulang dari kantor, hingga ia terbangun dari tidurnya karena ketukan pintu dari bu Minah, ia adalah Asisten rumah tangga senior.
Tok... tok... tok..
"Den Bintang." bu Minah memanggil nama Bintang sembari mengetuk pintu.
"Aden." panggil bu Minah, karena Bintang belum juga menyaut.
Tok... tok ... tok..
Suara pintu di ketuk berikutnya berhasil membuat Bintang terbangun.
"Hemm ya...," sahut bintang sembari mengeliat.
"Kenapa bu minah bangunin saya pagi-pagi, ini kan hari minggu bu," tanya Bintang saat membuka pintu kamarnya.
"Pak Anas menunggu aden di ruang tamu sekarang," jawab bu Minah dengan sopan.
Tanpa menjawab Bintang segera menuruni tangga dan menuju ruang tamu.
"Kenapa pa?" bintang menjatuhkan dirinya di sofa.
"Kenapa?" pak Anas membelalakkan matanya. "Kamu lupa atau pura-pura lupa?." bentak anas.
Bintang diam sejenak sembari mengingat-ingat. "Oh, wajar saja aku tidak ingat, memang aku tidak menginginkan pernikahan ini." ucap Bintang saat mengingat akan pernikahannya dengan Bulan.
"Mau tidak mau kamu harus mau, karena papa tidak mau kamu menikah dengan orang yang memandangmu karena kekayaanmu." Anas berdiri di hadapan Bintang.
"Terserah papa, tapi jangan salahkan Bintang kalau dia meminta cerai dari aku." Bintang meninggalkan Anas dan segera bersiap di bantu oleh Raka dan Bu minah.
***
Jam menunjukkan Pukul 07:00 Bulan masih berada dalam kamarnya dengan perias pengantin yang di kirim oleh Anas.
"Mbak, jangan nangis terus nanti make upnya luntur sebelum acara." Perias itu membenahi bedak yang lutur akibat air mata Bulan.
"Maaf mbak," sahut Bulan.
Bulan tidak menyangka dia akan menikah dengan orang yang tidak dia kenal, hatinya sakit namun janji yang telah ia katakan pada ayahnya tidak mungkin ia langgar. ia tertunduk terisak menahan tangis.
Tok... tok... tok...
Suara pintu mengagetkan Bulan, ia segera menghapus sisa-sisa air matanya. ia melihat bayangan sesosok pria dari cermin.
"Ayah." bulan membalikkan badan dan memeluk ayahnya.
"Bulan, kalau kamu keberatan bisa kita batalkan sebelum terlambat," ucap Wibowo sembari memeluk anaknya.
"Bulan tidak keberatan yah, hanya perlu mengenal pak bintang saja." bulan melepas pelukannya dan mencoba tersenyum.
Wibowo tahu, Bulan sedang sedih dengan keputusannya, namun ia harus melakukannya karena ia ingin bersama orang yang tepat.
Tin.... tin...
Suara mobil memecahkan ketegangan antara anak dan ayah tersebut. "Ayah rasa mereka sudah datang, ayo kita turun nak." wibowo mengusap air matanya yang hampir saja menetes.
Bulan mengangguk, ia berjalan dengan di gandeng ayahnya saat menuruni tangga, semua mata tertuju melihat Bulan yang terbalut dengan kebaya putih, Bulan merasa gugup karena tatapan para tamu.
Bintang yang berdiri di depan pintu tanpa sadar terpesona dengan kecantikan Bulan, mulutnya hampir terbuka.
"Silahkan masuk pak," ucap salah satu tamu yang mempersilahkan rombongan Bintang untuk masuk membuat Bintang kaget dan segera menyadarkan dirinya.
"Sadar... sadar... " gumam lirih Bintang. Anas yang melihat tingkah Bintang hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
Bintang yang mengenakan setelan jas putih di minta duduk di depan penghulu. begitu pula Bulan di sandingkan dengan Bintang yang hendak melakukan Ijab qobul.
"Sudah siap mas?" tanya pak penghulu.
Bintang mengangguk sambil melirik Bulan yang duduk di sampingnya. hanya tetangga dan kerabat dekat yang hadir sehingga tidak terlali ramai.
"Bismillahirohmannirohim." penghulu menjabat tangan Bintang. "Saya nikahkan engkau Bintang alfahrie dengan Bulan wibowo dengan emas kawin seperangkat alat sholat, cincin emas 5gr dan uang dua puluh juta. di bayar tunai." penghulu menggoyangkan lirih jabatan tangannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Bulan wibowo dengan emas kawin tersebut di bayar tunai."
"Bagaimana saksi?"
"SAH," sorak para saksi bersamaan.
"Alhamdulilahirobil alamin." penguhulu memimpin doa setelah melakukan ijam qobul dan di lanjutkan menandatangani dokumen.
Wibowo dan Anas berpelukan bahagia, para tamu mulai menuju tempat hidangan. Bulan dan Bintang menemui Wibowo dan Anas sebelum menemui para kerabat yang mengucapkan selamat.
"Nak bintang titip bulan, yang sabar menghadapi sikap bulan yang sedikit keras kepala." Wibowo memeluk Bintang.
"Om tenang saja, saya akan jaga anak om dengan baik." bulan yang mendengar ucapan Bintang tersenyum remeh.
"Bulan, yang nurut sama suami jadilah istri berbakti." Wibowo beralih memeluk Bulan. ia menahan air mata untuk keluar, sangat berat melepas anak semata wayangnya pergi ke rumah mertua, namun Wibowo mencoba lapang dada.
Bulan hanya tersenyum mendengar nasehat ayahnya. ia tidak menjawab karena ia tidak ingin membuat janji lagi yang sulit ia tepati. Anas yang melihat pemandangan itu sedikit tersentuh, ia senang melihat Bulan menikah dengan Bintang, namun ia sedih karena melihat Wibowo harus berpisah dengan Bulan.
Semua tamu mengucapkan selamat dan berpamitan kepada Bulan dan Bintang, mereka bersalaman silih berganti.
Bulan sesekali beradu pandangan dengan Bintang bukan karena terpesona, ia merasa kesal dan jengkel. namun ia harus menjaga sikap di depan tamu dan orang tuanya,
Beberapa saat kemudian Bulan meninggalkan Bintang yang sedang berbicang dengan salah satu kerabatnya, ia sudah merasa risih dengan makeupnya ia memilih membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
"Nak Bintang, istirahat dulu ke kamar Bulan," ucap Wibowo saat melihat Bintang selesai menemui para tamu.
Bintang menuju ke kamar Bulan dengan di antar Bu sari, Asisten Rumah tangga keluarga Bulan.
Bulan tidak mengetahui bahwa Bintang sedang beristirahat di kamarnya, Bulan yang telah memasuki kamar terlebih dahulu karena ingin kekamar mandi menjadi kaget saat keluar kamar mandi mendapati Bintang melepas bajunya dan sedang rebahan di atas kasurnya.
"Aa...," teriak Bulan saat melihat Bintang.
"Aa..." Bintang yang mendengar terikan Bulan ikut berteriak.
"Ngapain Lo di sini?" tanya Bulan.
"Istirahat!" jawab bintang dengan datar.
"Ngapain istirahat di kamar gue?" Bulan menatap tajam Bintang.
Bulan menutup erat dadanya karena ia menggunakan handuk jubah saja. Bintang melihat tingkah Bulan tertawa remeh.
"Lo mikirin apa? gue disini istirahat di suruh ayah lo," ucap Bintang sembari mengenakan hem putihnya.
"Satu lagi, nggak usah mikir aneh-aneh. nggak selera gue lihat Lo." Bintang menghampiri Bulan yang masih berdiri di dekat kamar mandi.
Bulan melangkah mundur saat melihat Bintang mendekat, namun karena kakinya yang basah membuat ia terpeleset dan untung saja tangan Bintang dengan sigap menangkap Bulan tapi karena terpeleset ikatan pada jubahnya menjadi kendor dan membuat bagian bahunya terbuka. Bintang menatap tajam mata, bibir, leher dan bahu Bulan, tanpa sadar ia mendekatkan bibirnya kewajah Bulan.
Bersambung.....