Chereads / BULAN DAN BINTANG. / Chapter 4 - LAMARAN

Chapter 4 - LAMARAN

***

Tiga bulan setelah ulang tahun bulan, dan tiga bulan pula pembicaraan perjodohan dengan pak annas. namun hari ini bagaikan mimpi di siang bolong. pak anas datang melamar bulan untuk bintang.

"Saya tidak setuju pak, bukan karena apa-apa tapi saya mau menikah dengan orang pilihan saya, bukan karena perjodohan, memang anda atasan saya saat di kantor, tapi anda sudah mengusik pribadi saya mohon maaf saya tidak suka." tolak bulan yang duduk di samping ayahnya.

"Bulan jaga mulutmu, ayah yang meminta pak anas kesini, ayah hanya ingin yang terbaik untukmu." bentak wibowo.

"Menurut ayah pilihanku buruk? aku sudah dewasa aku tahu yang baik dan buruk untuk diriku sendiri." bulan beranjak pergi dan meninggalkan rumah.

Bintang yang sedari tadi duduk di samping papanya memilih diam karena sebelum betangkat kerumah bulan ia sudah berdebat dengan ayahnya tentang penolakannya.

"Bulan... bulan.... " wibowo mencoba menghentikan bulan, namun ia sudah menaiki taxi yang berhenti tak jauh dari rumahnya.

"Sudah biarkan dulu dia tenang nanti anak buah ku yang akan mengurusnya." ucap anas yang mencoba menenangkan sahabatnya.

"Bulan mencoba menghubungi tina atau anisa." jari bulan menari di atas layar ponsel "Sial," umpat bulan saat tidak ada yang mengangkat teleponnya.

***

Wibowo di tenangkan oleh annas. wibowo mmerasa sesak pada bagian dadanya.

bintang memberi pesan kepada asistennya untuk mengikuti bulan, karena ia tahu pasti wibowo sangat khawatir.

"Bin, cari bulan, papa bawa om wibowo ke rumah sakit." anas terlihat sangat panik saa melihat sahabatnya pucat.

Bintang mengangguk dan sgera menghampiri pak budi yang menunggu di mobil.

"Pak budi, siapkan mobil antarkan om wibowo ke rumah sakit," ucap bintang.

Tak lama kemudian Annas memapah wibowo menuju mobil. sedangkan bintang segera mencari bulan.

Raka, asisten bintang memberitahu bahwa bulan menuju puncak. tak berfikir panjang bintang segera menginja pedal gas lebih kencang.

setelah menempuh perjalanan satu jam akhirnya bintang sampai di salah satu tempat wisata yang indah. hawa sejuk an pemandangan indah memang bisa membuat pikiran yang kacau menjadi lebih baik.

Bintang keluar dari mobil dan mengenakan jas hitam dan kacamata hitam.

Semua wanita yang melihat bintang seakan-akan melihat dewa, mereka tidak rela tatapannya berpaling sedetik pun.

"Dia dimana?." bintang menelepon raka.

"Ada di atas di dekat air terjun, aku akan menjemputmu pak," sahut raka dari ujung telepon.

"Tidak perlu, aku kesana sendiri." raka mengakhiri teleponnya dan menuju posisi bulan yang telah di pantau oleh raka.

'sial, gadis itu menyusahkanku terus menerus.' gumam bintang sembari menaiki anak tangga.

setelah melihat posisi yang di tunjukan oleh Raka, bintang mencari-cari sesosok bulan sembari mengatur nafasnya.

"pak," ucap Raka.

"Bulan ada di sana." raka menujuk seorang gadis yang sedang duduk tak jauh dari air terjun.

Bintng segera menghampiri bulan.

"kenapa sih lo selalu bikin susah?" tanya bintang saat sampai di samping bulan.

"Lah lo ngapain nyusulin gue? tahu dari mana lo?," tanya bulan dengan ketus "oh aku lupa, lo kan bos jadi gampang aja cari orang kayak gue." bulan senyum remeh.

"Siapa juga yang mau ngikutin lo." raka membalas dengan ketus.

"Lo mau bujuk gue pun aku nggak akan mau." bulan menatap tajam kerah bintang.

"bisa nggak sih lo nggak nuduh gue sembarangan?." Bintang membalas tatapan tajam dari bulan.

Bulan berdiri hendak meninggalkan bintang dan raka.

"Lo mau kemana lagi, bokap lo sakit." Bintang menghentikan bulan.

"Benar-benar licik lo, segitunya lo suka sama gue? sampai bikin alasan ayahku?." bulan berbalik dan menatap rendah bintang.

"Asal lo tahu gue juga nggak mau nikah sama lo, kenal saja nggak." bintang membuang muka.

trrt... trrtt..

ponsel bulan bintang bergetar.

"Ya pa, ini bintang sudah sama bulan," bintang mengangkat telepon dari pak annas.

"Lan, lihat ini." bintang menunjukan video call papanya.

"astagfirulloh." bulan terkejut melihat ayahnya yang terbaring lemas di atas banker.

"Ayah kenapa?," tanya bulan yang mulai panik.

"Mangkanya ayo kerumah sakit." ucap bintang dan menarik tangan bulan.

"Lepasin, gue bisa jalan sendiri." bulan menghempaskan tangan bintang.

Raka yang melihat tingkah mereka hanya menggelengkan kepala. bulan dan bintang berdua dalam satu mobil, Raka mengikuti dari belakang menggunakan mobil yang lain.

"Lo tenang aja, bokap lo udah di tangani dengan medis terbaik." ucap bintang yang melihat raut wajah bulan yang di penuhu dengan kekhawatiran.

Bulan tidak menyaut ucapan bintang, dalam otaknya hanya pak wibowo, ia merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan.

***

"Bulan mana nas?" tanya wibowo pada anas yang duduk tak jauh darinya.

"Tenang saja, bintang sudah dalam perjalanan kesini." sahut annas.

"Nas, jika bulan memang menolak menikah dengan anakmu, aku mohon tetap jaga dia setelah aku tiada." ucap wibowo membuat annas berdiri mendekati sahabatnya tersebut.

"Wo, apa yang kamu katakan, semua akan tetap baik-baik saja. aku tidak akan memaksa bulan, jika dia menikah dengan pilihannya, aku tetap menepati janjiku yang akan menjaganya sampai mautku, begitu pula denganmu, kau harus menjaga anak ku jika aku pergi lebih dulu darimu." annas menepuk bahu wibowo.

keheningan terjadi beberapa saat. hingga kedatangan bulan dan bintang membut wibowo bernafas lega.

"ayah," bulan memeluk wibowo yang terbaring lemas "apa yang ayah rasakan? sakit bagian mana?" tanya bulan sembari memeriksa seluruh tubuh wibowo.

"ayah sudah baik-baik saja, obat ayah sudah datang." ucap wibowo dengan raut wajah yang lega.

"Maafin bulan, yah." bulan meneteskan air mata, ia merasa bersalah atas keadaan ayahnya.

"kamu nggak salah, nak," ucap wibowo. "ayah yang salah, memaksa menikah dengan orang pilihan ayah." wibowo menyeka air mata bulan.

"Nggak yah, bulan akan menuruti keinginan ayah, asal ayah sembuh." ucap bulan.

ucapan bulan membuat wibowo sedikit kaget, ia beradu pandangan dengan anas yang berdiri tak jauh darinya

"Ayah sudah ikhlas jika kamu menolak permintaan ayah." Wibowo mencoba memancing keseriusan bulan.

"Tidak ayah, aku setuju," ucap bulan. "pak anas, saya bersedia menerima lamaran pak bintang." bulan menoleh ke arah anas yang masih tidak percaya dengan pernyataan bulan.

"kamu serius, nak?" tanya anas.

"serius pak." bulan menjawab dengan yakin.

***

Satu minggu kemudian.

Keadaan wibowo semakin baik, pernikahan akan di lakukan dua minggu lagi.

Bintang masih belum siap dengan pernikahan ini, ia memiliki kekasih yang masih tinggal di swiss, begitu pula bulan. namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

Bulan hanya meminta pernikahannya mengundang keluarga dekat saja, tidak ada resepsi, begitu pula bintang, ia meminta pernikahannya di sembunyikan dari publik terutama orang kantor dan teman-temannya.