Massimo lari sambil membawa pistol di tangannya, sudah biasa bagi Massimo berlari sambil membawa pistol. Bagi ia berlari sambil membawa pistol adalah hal yang sangat menyenangkan, ia bisa melumpuhkan atau membunuh musuhnya itu.
Tapi berbeda dengan saat ini, Massimo tidak bisa membunuh atau melumpuhkan musuhnya. Karena musuhnya saat ini adalah seorang yang juga mafia dan lebih berkuasa dibanding Massimo.
Massimo menarik tangan musuhnya dan langsung menyilangkan tangan musuhnya itu ke belakang.
"Sei disposto a rinunciare?"
"Apakah kamu akan menyerah?"
"Non è così facile, non mi arrenderò!"
"Tidak semudah itu, aku tidak akan menyerah!"
"Se non ti arrendi, ucciderò tutta la tua famiglia!"
"Jika kau tidak menyerah, akan ku bunuh semua keluargamu!"
"Non c'è modo che tu possa uccidere la mia famiglia, prima ucciderò tutta la tua famiglia"
"Tidak mungkin kamu bisa membunuh keluargaku, aku akan membunuh semua keluargamu terlebih dahulu" Ucap musuh dengan tawaan
Massimo melepas tangan musuh itu dan membantingkan badan musuh itu ke tanah. Tak hanya itu ia juga menginjak tangan kanan musuhnya.
"Domani ti aspetto nel vecchio palazzo ieri, consegna quella donna!"
"Besok aku akan menunggumu di gedung tua kemarin, serahkan wanita itu!" Ucap Massimo dengan kaki yang masih menginjak tangan musuhnya.
"Dipende da te, ti farò rinunciare a me! Non ho rinunciato a te!"
"Terserah kamu, aku akan membuatmu menyerah padaku!. Bukan aku yang menyerah padamu!" Balas musuh itu dengan menahan rasa nyeri pada tangannya.
"Continua a provare, Marco Paolo"
"Teruslah berusaha, Marco Paolo" Massimo menjauhkan kakinya dari tangan Marco dan langsung pergi.
"Pazzo bastardo"
"Bajingan gila" Ucap Marco yang dibantu berdiri oleh bodyguardnya.
*****
Massimo berjalan menyusuri ruangan-ruangan yang tampak mewah dan megah. Ia berjalan diikuti 5 bodyguard yang memiliki bentuk badan kekar dan tinggi.
Tak lama setelah menyusuri beberapa ruangan, sampailah dia di ruangan yang berisi kedua orangtua angakatnya.
"Figlio mio come stai?"
"Anakku bagaimana kabarmu?" Gianna Roberto (mama tiri Massimo) memeluk Massimo.
"Sto bene, come state. mamma e papĂ ?"
"Aku baik-baik saya, bagaimana dengan mama dan papa?" Tanya Missimo.
"Non stiamo molto bene, quando hai portato quella donna qui?"
"Kami sedang tidak baik, kapan kamu membawa wanita itu kesini?" Tanya Franco Roberto (papa tiri Massimo).
"Lo porterò qui il prima possibile"
"Saya akan membawa dia kesini secepat-cepatnya" Balas Massimo dengan penuh keyakinan.
"Ricorda che se fallisci possiamo essere calpestati dalla famiglia di Paolo"
"Ingatlah jika kamu gagal, kita bisa diinjak-injak oleh keluarga Paolo" Franco memberi peringatan dengan tegas.
Setelah berbincang-bincang dengan kedua orang tua angkatnya, Massimo pergi menuju balco mansion kedua orang tua angkatnya.
Massimo mengeluarkan rokok dan korek dari kantong celananya dan mulai menyalakan rokok itu. Massimo mulai memasukkan rokok ke bibirnya dan mulai menghisap rokok itu.
Saat masih asik menghisap rokok dan melihat pemandangan langit, datanglah seseorang dari belakangnya. Dan seseorang itu mengambil rokok dari bibir Massimo.
"Vuoi morire?"
"Apakah kamu ingin mati?" Tanya seseorang itu sambil menjatuhkan rokok Massimo dan menginjaknya.
"Perché mi hai seguito qui?"
"Mengapa kamu mengikuti aku kesini?" Tanya Massimo sambil menatap tajam seseorang itu.
"Perché ti amo, Massimo"
"Karena aku mencintaimu, Massimo"
"Non essere pazza, Nicoletta"
"Jangan gila, Nicoletta" Massimo memalingkan wajahnya.
"Sono pazzo per colpa tua cara"
"Aku gila kerena kamu sayang" Nicoletta mengecup bibir mulus Massimo.
"Non hai paura di me?"
"Apakah kau tidak takut denganku?" Tanya Massimo kepada Nicoletta yang sudah selesai mengecup bibirnya.
"Perché dovrei aver paura? Sei davvero gentile, lo so tutto"
"Kenapa aku harus takut? kamu orang baik, aku tahu semuanya".
Nicoletta mendekatkan wajahnyaq ke wajah tampan Massimo. Nicoletta bisa merasakan nafas Massimo yang terus berhembus.
Disitu perasaan Massimo sangat nyaman, jarang sekali Massimo bisa nyaman saat berada didekat wanita. Nicoletta adalah wanita yang bisa membuat dia nyaman selain mama tirinya.
"Mi ameresti ancora se trovassi un'altra donna?"
"Apakah kamu masih mencintai aku jika aku menemukan wanita lain?" Tanya Massimo dengan wajah dinginnya.
"Non sono sicuro che troverai un'altra donna oltre alla donna che la famiglia di Paolo sta attualmente tenendo"
"Aku tidak yakin kamu menemukan wanita lain selain wanita yang saat ini disekap oleh keluarga Paolo" Balas Nicoletta dengan senyuman manisnya.
"Sai chi è quella donna?"
"Kamu tahu siapa wanita itu?" Tanya Massimo yang tidak menyangka jika Nicoletta tahu.
"Ovviamente lo so, è la donna che ami davvero"
"Tentu saja aku tahu, dia wanita yang kamu cintai" Balas Nicoletta dengan senyuman dan ia langsung pergi dari balkon itu.
*****
Massimo membaringkan dirinya di kasur kamarnya, dia sangat lelah dengan hari ini. Selain lelah ia juga memikirkan jawaban Nicoletta, yang tahu jika wanita itu orang yang dia cintain.
Massimo mengambil ponselnya dan langsung menelepon salah satu bawahannya. Ia ingin mencari tahu tentang latar belakang Nicoletta yang sebenarnya.
"Prendimi tutte le informazioni da Nicoletta"
"Carikan info lengkap dari Nicoletta"
"Si signore"
"Baik tuan"
Tak lama setelah itu, bawahan Massimo langasung mengirimkan informasi lengkap dari Nicoletta. Dan Massimo pun langsung membaca informasi itu dalam hati.
"Nicoletta Sofia Melchiorre, berumur 28 tahun. Anak kedua dari keluarga mafia terbesar ketiga di Italy, Samuele Melchiorre.
Dia seorang dokter di salah satu rumah sakit milik keluarganya. Mamanya meninggal saat melahirkan dia, dan ia hanya tinggal bersama papa dan kakaknya. Keluarga Melchiorre sangat dekat dengan keluarga Roberto yang juga keluarga mafia. Dia mengalami Autophobia atau takut dengan kesepian, dan ia juga mengalami astraphobia"
"Tapi mengapa dia tahu segalanya tentang aku?" Batin Massimo.
Malam hari berganti ke pagi hari, Hari ini mungkin hari yang semakin melelahkan. Hari ini saatnya Massimo melawan Marco agar Marco bisa menyerahkan wanita itu.
Perasaan Massimo saat ini sangat tidak baik. Massimo mendapatkan kabar bahwa Franco mengalami serangan jantung, yang membuat Massimo harus menemui papa tirinya itu.
Massimo melihat papanya yang sedang terbaring dengan infus. Massimo mendekati Franco dan menggenggam tangan Franco.
"Guarisci presto, porterò qui quella donna e saremo al sicuro"
"Cepat sembuh, aku akan membawa wanita itu ke sini dan kita akan aman"
"Zio Franco starĂ meglio presto, quindi rilassati"
"Paman Franco akan cepat sembuh, jadi tenang saja" Ucap Nicoletta yang masuk keruangan tempat Franco dirawat.
"Hai controllato mio padre?"
"Apakah kamu yang memeriksa papaku?" Tanya Massimo.
"Sì, hai ragione, le condizioni di zio Franco non sono poi così male. Stai calmo".
"Iya kamu benar, keadaan Paman Franco tidak terlalu buruk. Tetaplah tenang" Massimo pun mengangguk mendegarkan ucapan Nicoletta.
"Come sta mio marito?"
"Bagaimana keadaan suamiku?" Tanya mama Massimo yang sudah masuk keruangan itu.
"Lo zio sta bene zia, non preoccuparti"
"Paman baik-baik saja, Tante tidak perlu khawatir" Balas Nicoletta.
"Grazie, Nicoletta"
"Terima kasih, Nicoletta" Ucap Gianna.
Terdengar suara beberapa orang yang sedang berlarian didepan ruangan itu. Dan salah satu dari orang yang berlarian itu membuka pintu dan masuk disusul beberapa orang.
"Signore, ho un'informazione"
"Tuan saya mempunyai info" Ucap salah satu bodyguard Massimo.
"Che cos'è?"
"Apa itu?"
"Marco ha riportato la donna in Corea"
"Marco membawa wanita itu ke Korea" Ucap bodyguard itu.
"Dannazione, prepara il mio jet privato. Seguirò Marco"
"Sial, siapkan jet pribadiku. Saya akan mengikuti Marco" Massimo menyusap kasar rambutnya.
"Pronto"
"Siap" para bodyguard itu langsung keluar dari ruangan itu.
"Massimo, vai in Corea adesso?"
"Massimo, apakah kamu akan pergi ke Korea sekarang?" Tanya Gianna.
"Sì, vado in Corea adesso"
"Iya, aku akan ke Korea sekarang".
"Nicoletta deve venire con te"
"Nicoletta harus ikut kamu" Ucap mama Massimo.
"Devo venire?"
"Saya harus ikut?" Tanya Nicoletta.
"Sì, devi prenderti cura di Massimo"
"Iya, kamu harus menjaga Massimo"
"Ma questo era troppo pericoloso per Nicoletta"
"Tapi ini terlalu bahaya bagi Nicoletta" Kata Massimo.
"Se non vuoi prendere Nicoletta, non puoi andare in Corea"
"Kalau kamu tidak mau mengajak Nicoletta, kamu tidak boleh pergi ke Korea" Ancam mama Massimo.
"Allora vieni con me in Corea"
"Kalau begitu ikutlah aku ke Korea" Massimo menatap Nicoletta dan langsung diangguki oleh Nicoletta.