Nadia tersenyum. "Terima kasih Pak," jawabnya. Sambil membungkukkan badan.
Roni hanya mengangkat telapak tangannya di samping kepalanya sendiri. Lalu kembali berjalan meninggalkan Nadia.
Nadia terus memandangi punggung Roni. Hingga tidak kelihatan lagi. Menyisakan sebuah pertanyaan di benaknya. Mengapa bosnya tiba-tiba saja menjadi perhatian padanya. Nadia menjadi kagum juga pada bosnya itu. Ternyata ia baik padanya.
"Walaupun kadang galak," gumamnya pelan.
"Eh, nggak, sering," ralatnya terkikik.
Hingga lamunannya buyar, oleh panggilan petugas apotek. "Nadia Vernanda!" Serunya. Nadia segera menghampirinya. Setelah itu kembali ke ruang kerjanya.
Betapa terkejutnya Nadia ketika mendapati di meja kerjanya, ada sebuah buket bunga yang sangat cantik.
Nadia berdecak senang. Lalu mengambilnya. "Cantik sekali bunganya," ucapnya, sambil mencium bunganya, yang ternyata juga wangi. "Wangi lagi," imbuhnya.