Keterpaksaan Saja
"Aku lagi nggak ngapa-ngapain sih," jawab Adit. Mengaruk ujung pelipisnya yang tidak gatal.
"Kalau gitu. Kita keluar bentar yuk. Aku mau benerin printerku yang rusak.
Adit gelagapan. Dia bingung harus menjawab apa. Ia menyesal kenapa telah berkata jujur. Ia sejenak berpikir. Mencari alibi agar tidak jadi pergi dengan Nadia.
Ia tidak mungkin kan menolak mentah-mentah dengan berkata tidak mau.
"Benerin printer malem-malem? Mana ada yang buka Nadia…?"
Namun Nadia bersikeras tetap pergi. "Iya. Benerinnya di tempat teman SMA aku kok. Mau ya?!"
Ah sial. Usaha Adit gagal. Kalau Nadia bilang di tempat temannya. Mana mungkin Adit bisa menolak? Ngotot lagi.
"Ya udah, aku jemput sekarang ya? Kamu siap-siap." Setelah itu sambung telepon mereka berakhir.
Adit memode silent ponselnya. Hal yang selama ini tidak ia lakukan. Kantornya tidak melarangnya juga.
Alasannya karena tidak mau kalau Nadia mengetahui kalau ada chat dari Rena.